Eropa 1914

Eropa 1914
Eropa 1914

Dan dalam ASEAN ada keragaman pandangan mengenai kekuatan besar.

Vietnam, Myanmar dan Filipina melihat China sangat berbeda dari yang lain. Kedekatan itu telah membuat mereka dijuluki Middle Kingdom karena pandangan yang cenderung ke Washington.

Baru-baru ini, buku yang sangat penting “The War That Ended Peace” yang ditulis oleh sejarawan Oxford, Margareth MacMillan menggambarkan bagaimana dari tahun 1899-1999 pemimpin-pemimpin Eropa “terhuyung-huyung” ke dalam perang.

Buku ini menceritakan tentang pemimpin militer yang sengaja menghasut kebijakan agresif, manipulator opini publik dan politisi yang menolak untuk mengakui pentingnya apa yang sedang terjadi.

Pemimpin China dan Jepang harus membaca penilaian dari MacMillan ini, dimana ia menulis bagaimana Eropa secara kolektif tertipu ke dalam konfrontasi yang mengorbankan 16 juta nyawa.

Bagi mereka yang berpendapat bahwa hubungan bisnis di seluruh Asia Utara menghalangi kemungkinan perang, jangan lupa bahwa setelah Perang Dunia I periode kemakmuran dan perdamaian belum terjadi sebelumnya.

Terdapat World Expo dan Olimpiade di Paris dan London --sebuah perayaan besar dari pencapaian manusia yang setara dengan Olimpiade Beijing 2008 dan Shanghai World Expo 2013.

Pemimpin-pemimpin global yang baru muncul harus memikirkan kembali prioritas mereka.

KUNJUNGAN Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Boxing Day tahun lalu ke kuil kontroversial Yasukuni (pertama kali dilakukan oleh perdana menteri

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News