Eropa Bakal Perluas Sanksi bagi Syria
Oposisi Bentuk Dewan Nasional, Presiden Assad Pidato di Televisi
Selasa, 21 Juni 2011 – 05:35 WIB
"Apa yang terjadi saat ini tidak ada kaitan dengan reformasi. Semuanya adalah aksi vandalisme," seru Assad. "Tidak akan ada pembangunan tanpa stabilitas dan tidak ada reformasi melalui jalan vandalisme. Kita harus mengucilkan para pelaku sabotase tersebut," tegasnya.
Assad memperingatkan bahwa perekonomian Syria akan terpukul berat jika konflik politik tidak dihentikan. "Hal terburuk yang akan kita hadapi beberapa bulan ke depan adalah melemahnya atau bahkan kehancuran perekonomian Syria," tegas Assad.
Pernyataan itu bukan hal baru. Sejak desakan reformasi bergelora, rezim Assad mengklaim bahwa aksi massa digerakkan oleh kelompok bersenjata dan konspirasi asing. Bukan murni menuntut perubahan.
Assad yang berkuasa pada 2000 setelah sang ayah, almarhum Presiden Hafez al-Assad, meninggal itu telah mengambil sejumlah langkah untuk meredakan kemarahan massa. Misalnya, dia mencabut UU darurat yang berlaku selama 25 tahun dan memberikan kewenangan kepada aparat untuk menangkap siapapun tanpa harus diadili. Dia juga memberikan status kewarganegaraan kepada ribuan warga Kurdi yang lama mengalami diskriminasi. Namun, demonstran tak mengindahkan kebijakannya.
BEIRUT - Tindakan represif pemerintahan Presiden Bashar al-Assad atas oposisi dan demonstran di Syria terus menuai kecaman internasional. Uni Eropa
BERITA TERKAIT
- Puluhan Anggota Legislatif Inggris Desak Pemerintah Sanksi Israel
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif