Errol
Oleh Dhimam Abror Djuraid
Ciputra merupakan pengusaha sukses di bidang properti dan menjadi ketua Yayasan Jaya Raya, Jakarta. Pertemuan itu melahirkan kesepakatan mendirikan Majalah Mingguan Tempo.
Ciputra yang menyediakan uang, sedangkan Goenawan yang mempersiapkan konsep majalahnya. Tempo kemudian menjadi ikon majalah berita mingguan di Indonesia.
Pada 1964, guru dan wartawan muda Jakob Oetama bertemu P.K Ojong, seorang pengusaha idealis yang juga penulis, Mereka bersepakat mendirikan Harian Kompas.
Duet sosok muda idealis itu kemudian mendapat sokongan dana dari I.J Kasimo dan Frans Seda, dua orang tokoh Katolik terkemuka. Kolaborasi jurnalis dengan politisi-pengusaha itu melahirkan sejarah berupa Harian Kompas yang menjadi koran terkemuka di Indonesia sampai sekarang.
Pada 1983, Erick Samola, salah seorang direktur kepercayaan Ciputra, pergi ke Surabaya untuk mengembangkan media lokal dengan mengakuisisi Harian Jawa Pos dari seorang pengusaha The Chung Shen. Pada kesempatan itu Erick bertemu dengan Dahlan Iskan, kepala biro Majalah Tempo Jawa Timur di Surabaya.
Pada pertemuan pertama itu Erick langsung ‘jatuh cinta’ kepada Dahlan. Erick pun menyerahkan kepemimpinan Harian Jawa Pos kepada Dahlan, sehingga kesuksesan kolaborasi itu menjadi sejarah dalam perkembangan pers daerah di Indonesia.
Semua cerita sukses itu punya pola kolaborasi yang sama. Sang pengusaha menyediakan modal dan eksper manajemen, sedangkan sang wartawan menyediakan gagasan dan ide baru dalam jurnalisme yang belum pernah ada sebelumnya.
Kompas, Tempo, Jawa Pos, dan Radio SS, semuanya menunjukkan pola kolaborasi yang sama dan menghasilkan kisah sukses yang sama-sama spektakuler.