Errol

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Errol
Errol Jonathans. Foto: Suara Surabaya

Para pengusaha itu memberi dukungan modal dan kepercayaan, sedangkan wartawan memberikan profesionalisme dan idealisme.

Konsep penulisan jurnaisme sastrawi belum pernah ada sebelum Goenawan menerbitkan Tempo. Konsep jurnalisme makna dengan filosofi Jawa yang halus belum pernah ada sebelum lahirnya Kompas.

Konsep koran popular dengan gaya penulisan berkarakter daerah belum pernah ada sebelum lahirnya Jawa Pos. Demikian pula konsep jurnalisme radio interaktif belum pernah ada sebelum lahirnya Radio SS.

Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Errol disejajarkan dengan Goenawan Mohamad, Jakob Oetama, dan Dahlan Iskan. Mungkin tidak sepenuhnya berada pada satu kaliber, tetapi hasil kerja Errol sudah membuktikan bahwa Radio SS mempunyai tempat tersendiri dalam perkembangan juralisme radio di Indonesia.

PWI Pusat pun menganugerahi Radio SS penghargaan kategori Pelopor Jurnalisme Warga saat peringatan Hari Pers Nasional 2017. Errol mengatakan jurnalisme warga dimulai sejak era seluler tumbuh.

Ketika jurnalisme warga berkembang, banyak info berkembang, sehingga agenda setting di Suara Surabaya sering kali berasal dari kebutuhan warga.

Konteks jurnalisme warga adalah komunikasi dua arah. Masyarakat tidak lagi jadi konsumen yang pasif, tetapi sudah menjadi pelaku informasi.

Masyarakat memberi info ke masyarakat dan memberikan solusi atas persoalan yang muncul. Perkembangan teknologi informasi juga selalu diadopsi Suara Surabaya sehingga melahirkan konvergensi multimedia antara jurnalisme radio, video jurnalistik, dan video streaming.

Tidak berlebihan jika pendiri Radio Suara Surabaya (SS) Errol Jonathans disejajarkan dengan Goenawan Mohamad, Jakob Oetama, dan Dahlan Iskan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News