Errol

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Errol
Errol Jonathans. Foto: Suara Surabaya

Sosok Errol pun menjadi bagian identik dari perkembangan dunia radio di Indonesia. Ide-idenya cemerlang, selalu sukses, dan diikuti yang lain.

Errol banyak menebar ilmu di berbagai wilayah di Indonesia untuk menularkan kualitas jurnalisme radio yang lebih baik.  Jurnalisme interaktif Radio SS melahirkan ikatan yang kuat dengan pendengarnya.

Begitu kuatnya ikatan pendengar SS sampai-sampai bila ada orang kehilangan motor atau mobil, langsung melaporkannya ke SS, disiarkan saat itu juga. Pada hari yang sama, motor atau mobil yang hilang sudah terlacak atau ditemukan.

?Slogan “dari warga untuk warga” mewujud dalam program Kelana Kota Suara Surabaya yang sukses menjaring konsumen urban kelas atas. Sukses ini membawa sukses bisnis bagi Radio SS.

Tarif iklan Radio SS menjadi yang termahal di Indonesia. Pemasang iklan harus antre untuk mendapatkan slot tayangan.

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam Sembilan Elemen Jurnalisme (2001) menyebutkan salah satu elemen penting jurnalisme ialah menyediakan forum bagi publik. Tanpa forum publik sebuah media hanya akan menjadi corong humas kekuasaan.

Dengan menyediakan forum publik, media menjadi bagian langsung dari kehidupan publik. Itulah legasi yang diwariskan Errol untuk jurnalisme radio di Indonesia.

Selamat jalan, Bung Errol. Rest in peace.(*)

Tidak berlebihan jika pendiri Radio Suara Surabaya (SS) Errol Jonathans disejajarkan dengan Goenawan Mohamad, Jakob Oetama, dan Dahlan Iskan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News