Eskalasi Perang Dagang AS-China Bisa Pengaruhi Ekonomi Global

Perang dagang besar-besaran akan terjadi lebih dari dua kali lipat dari kemunduran itu, yang menghempaskan ekuitas AS jauh ke dalam batas kemampuan mengingat pendapatan rata-rata turun sekitar 15 persen
Ekuitas Asia akan turun 24 persen dan Eropa sebesar 25 persen.
Satu-satunya berita positif bagi investor Australia adalah ASX (bursa saham Australia) akan sedikit mengungguli bursa lain di seluruh dunia dalam scenario itu, tetapi masih turun hampir 20 persen.
AS paling terpukul
Ada banyak konsekuensi lain juga.
Suku bunga global akan jatuh, obligasi 10-tahun AS akan turun sekitar 50 basis poin dan kenaikan yang diperkirakan dari bank sentral AS tahun depan akan lenyap begitu saja.
Pertumbuhan yang lebih rendah juga akan diterjemahkan sebagai jatuhnya permintaan akan minyak sekitar 500.000 barel per hari dan harganya-pun jatuh kembali di bawah $ 60 (atau setara Rp 600.000) per barel.
Meski kerugian di kedua belah pihak tidak dapat dihindari, AS mungkin paling menderita dalam kasus perang dagang habis-habisan.
"Dibandingkan dengan AS, China seharusnya memiliki lebih sedikit masalah dalam mencari pengganti untuk sebagian besar impor pertanian / kendaraan," kata UBS.
- Dunia Hari Ini: Tiongkok Akan 'Melawan' Tarif yang Diberlakukan Trump
- Dunia Hari Ini: Serangan Israel Tewaskan 32 Warga Gaza dalam Semalam
- Dunia Hari Ini: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diturunkan dari Jabatannya
- Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'
- Dunia Hari Ini: Barang-barang dari Indonesia ke AS akan Dikenakan Tarif 32 Persen
- Warga Indonesia Rayakan Idulfitri di Perth, Ada Pawai Takbiran