Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing
Kamis, 21 Februari 2013 – 11:36 WIB
Semula saya tidak terlalu berhasrat menapaki tangga-tangga di lorong kereta bawah tanah itu. Suhu 14-16 derajad Celcius di bawah titik beku, cukup merepotkan. Tapi, sayang juga, jauh-jauh terbang 16 jam plus transit di Dubai 4 jam, tidak punya pengalaman masuk ke lorong-lorong kereta bawah tanah itu. Kesan saya: kuno, tua, tidak terlalu bersih. Temboknya sudah terkesan rapuh, cat putihnya juga sudah banyak yang mengelupas oleh cuaca, mungkin sudah lebih dari lima tahun tidak dicat ulang.
Dua pintu cowboy yang berjajar empat di city hall juga tidak dalam perawatan yang ekstra. Kesannya, sudah terlalu usang. Mesin untuk membeli tiket masuk stasiun, tidak ada petunjuk bahasa Inggris. Ya, terpaksa beli di loket, 50 Rubel, untuk dua kali perjalanan. Tidak sampai 2 USD, jauh-dekat harga sama. Saya coba menuju ke Arban dari Red Squere, yang hanya dua stasiun saja.
Begitu turun melalui eskalator, baru kekaguman saya muncul satu per satu. Pertama, saya melintas eskalator terpanjang, terdalam, dan tertinggi yang pernah ada. Sekitar 80 meter! Tiga lantai di bawah tanah. Hanya eskalator Metro di Kiev-Ukraina yang bisa mengalahkan panjang tangga berjalan itu. Saya mulai ngeh, ini sebuah karya teknologi dan infrastruktur yang hebat di zaman Perang Dunia I, tahun 1939.
Kedua, saya kagum dengan system sirkulasi angin dan pengatur suhu ruangan di kedalaman 80 meter di bawah tanah itu. Di musim panas, terasa dingin. Di musim dingin, terasa hangat. Rupanya, seperti yang juga saya temukan di Gereja “Putih” Christ of Savoir di tepi Sungai Moscow, mereka membuat semacam cerobong asap, bukan untuk membuat gas. Tetapi untuk menangkap udara dari luar, semacam wind catcher, lalu dialirkan melalui cerobong besar, ventilasi besar, sehingga ada pertukaran udara akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar.
Apa yang terjadi jika kaca mobil Hammer ditembak dengan Revolver pada jarak 10 meter? Mungkin tidak tertembus peluru, tetapi kacanya retak-retak,
BERITA TERKAIT
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Surga Para Diver, Fotografer dan Hunter Underwater