Esther Gayatri Saleh, Test Pilot Perempuan Satu-satunya di Indonesia
Bangga Jadi Penerbang yang Belajar secara Otodidak
Jumat, 08 Juni 2012 – 08:08 WIB
Secara risiko kecelakaan, seorang test pilot tentu menanggung paling besar jika dibandingkan dengan yang lain. "Jumlah orang seperti kami di dunia tidak terlalu banyak. Selain pelatihannya mahal, mencapainya tidak mudah," tandas anak ketiga di antara empat bersaudara yang semua perempuan dari pasangan John Sarodja Saleh dan (alm) Sylvia Avialotta itu.
Menurut Esther, perjalanan untuk menjadi seorang test pilot juga tidak gampang. Pada sekitar 1981, setelah lulus SMA, Esther yang memang bercita-cita ingin menjadi pilot mendaftar ke Sekolah Penerbang Curug. Namun, dia ditolak karena latar belakang pendidikannya dari jurusan IPS. Selain itu, tinggi badannya kurang memenuhi syarat. Esther hanya memiliki tinggi 156 cm. "Saya tidak menyerah meski orang tua memaksa saya melanjutkan kuliah hukum," bebernya.
Lantaran keukeuh-nya pendirian Esther yang ingin menjadi pilot, ayahnya membawa dia ke psikolog. Apalagi, saat itu Esther ngotot minta disekolahkan di pendidikan pilot Sawyer School of Aviation, Phoenix, Amerika Serikat.
"Saya dengar Bapak memarahi psikolog yang ternyata justru mendukung niat saya. Bapak bilang bahwa si psikolog telah kena pengaruh saya," kisahnya, lantas tersenyum.
Meski "hanya" pilot uji coba, Esther Gayatri Saleh masuk segelintir sopir pesawat terbang perempuan di Indonesia. Profesi itu sama dengan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408