Esther Gayatri Saleh, Test Pilot Perempuan Satu-satunya di Indonesia
Bangga Jadi Penerbang yang Belajar secara Otodidak
Jumat, 08 Juni 2012 – 08:08 WIB
Pada 1982, Esther akhirnya berangkat ke Negeri Paman Sam untuk menempuh pendidikan pilot. Meski begitu, jalan yang harus dilaluinya juga tidak mudah. Biaya pendidikan yang mahal di satu sisi karena setiap terbang harus membayar dan sering telatnya kiriman uang dari orang tua di sisi lain membuat Esther harus mencari penghasilan sendiri selama di AS. Dia pun rela menjadi babysitter, tukang cuci piring di rumah makan, hingga menjadi kuli di proyek pembangunan gedung.
"Aduk semen atau menata bata menjadi tembok juga pernah saya lakukan. Intinya, apa pun akan saya lakukan demi cita-cita. Pokoknya, I have to go home with wing," katanya.
Tekadnya yang besar akhirnya membuat Esther mampu merampungkan sekolah dalam waktu satu setengah tahun. Pada 1984, dia pulang ke tanah air. "Tapi, tantangan tidak berhenti sampai di situ," lanjutnya.
Tantangan pertama adalah dia harus mengonversi liaison yang didapatnya dari pendidikan pilot di Amerika Serikat untuk Indonesia. Dia sempat ditolak karena latar belakang pendidikan SMAnya jurusan IPS.
Meski "hanya" pilot uji coba, Esther Gayatri Saleh masuk segelintir sopir pesawat terbang perempuan di Indonesia. Profesi itu sama dengan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408