Etty Indriati, Profesor Kedokteran yang Juga Pelukis

Merasa Kering di Sains, Cari Warna Lain Situasi Malam

Etty Indriati, Profesor Kedokteran yang Juga Pelukis
PELUKIS MALAM: Prof Drg Etty Indriati bersama sejumlah lukisannya di apartemennya di Pakubuwono Residence, Jakarta Selatan, Senin (17/10). Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos

Dalam pameran tunggal nanti, ada 35 lukisan yang dipamerkan. Etty berharap lukisan-lukisan tersebut bisa berganti pemilik. Tapi, hasil penjualan tak akan dia nikmati sendiri. Dana penjualan akan disumbangkan untuk pengadaan kursi roda bagi mereka yang membutuhkan.

Pameran tunggal tersebut juga kali pertama bagi Etty. Sebelumnya dia pernah mengadakan pameran. Namun, hal itu digelar bersama komunitas Sapaku di Jogjakarta. "Saya pameran lukisan lima kali bersama mereka," katanya.

Nah, proses terjadinya pameran tunggal itu juga tidak direncanakan. Awalnya, Sapaku hendak menggelar pameran di Ritz-Carlton. Namun, karena suatu hal, pameran dibatalkan. Padahal, tempat telanjur disewa. "Akhirnya, ya sudah, saya adakan pameran. Kadang-kadang, hidup memang lebih baik mengalir saja. Lebih fleksibel dan membahagiakan. Daripada susah-susah kita merencanakan sesuatu tidak kesampaian, jadi kecewa," katanya. "Tapi, tetap harus bekerja keras lho ya," imbuhnya mewanti-wanti.

Penggemar film-film science fiction itu lulus dari S-1 Kedokteran Gigi UGM Jogjakarta pada 1987. Setahun kemudian, dia mengajar di almamaternya, sebelum pada 1991-1997 melanjutkan S-2 dan S-3 di University of Chicago, Amerika Serikat. Di dunia sains, Etty sudah menerbitkan 15 buku dan 80 jurnal ilmiah. Dia juga sudah ditahbiskan sebagai guru besar pada usia cukup muda, 42 tahun.

Sains dan seni bukan dua hal yang saling bertentangan. Kedua bidang itu berkumpul dalam diri Prof drg Etty Indriati PhD. Keduanya juga sama-sama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News