Eulis Rosmiati, 20 Tahun Menjadi Bidan di Desa Sangat Terpencil dan Tertinggal
Tergugah ketika Melihat Dapur Jadi Tempat Bersalin
Rabu, 20 Juli 2011 – 02:56 WIB
Tidak hanya itu, jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) dan jaminan persalinan (jampersal) hampir tidak berarti bagi warga Desa Ujung Genteng. Semua itu percuma. Sebab, untuk menuju rumah sakit terdekat, yakni RS Jampang, jaraknya mencapai 60 km dari Desa Ujung Genteng. Sebelum RS tersebut didirikan sekitar 2004, warga Ujung Genteng harus menuju wilayah Sekar Wangi, Sukabumi, dengan jarak 160 km.?
Yang membuat Eulis geregetan, warga desa sering ditolak masuk RS karena pasien sudah membeludak. Karena tanggung untuk balik ke desa, akhirnya mereka terpaksa mencari RS lain. Ibu tiga anak itu pernah menangani kasus persalinan dan terpaksa membawa ke Bogor hanya untuk berobat. "Transpornya saja sudah habis Rp 1 juta," ungkapnya.
Akhirnya, dia berpikir agar warga desa bisa mandiri. Saat panas-panasnya reformasi 1998, Eulis mulai menjalankan strateginya memberdayakan warga desa. Dia mulai membentuk kelompok arisan WC. Tujuannya, meningkatkan jumlah WC di setiap RT. Maklum, saat itu, sangat sedikit warga yang mempunyai WC di rumahnya. "Harapan saya, kesehatan warga bisa membaik," terangnya.
Cara arisan WC itu, warga saling memberikan subsidi silang untuk membuat WC. Dari program tersebut, jumlah WC di tiap-tiap RT meningkat. Kalau sebelumnya hanya 500 orang yang punya WC, sekarang sudah tinggal 100-an rumah yang tanpa WC. Eulis mengklaim, warga saat ini lebih bersih dan kesehatannya juga meningkat.
Menjadi bidan di desa yang sangat terpencil di Jawa Barat, bagi Eulis Rosmiati, dianggap sebagai pengabdian. Hingga kini, 20 tahun sudah dia mengabdi.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408