Eulis Rosmiati, 20 Tahun Menjadi Bidan di Desa Sangat Terpencil dan Tertinggal
Tergugah ketika Melihat Dapur Jadi Tempat Bersalin
Rabu, 20 Juli 2011 – 02:56 WIB
Kemudian, dia menggagas rumah singgah. Yakni, pemberdayaan rumah warga sebagai tempat persalinan yang layak untuk ibu bersalin. Gagasan rumah singgah itu muncul karena pengalaman Eulis mengantarkan seorang ibu bersalin ke puskesmas terdekat saat malam dan hujan. "Medan yang berat membuat mobil terperosok di salah satu ruas jalan," kenangnya.
Dia lantas berjalan kembali ke desa dan membangunkan hampir seluruh warga RT untuk membantu membebaskan mobil yang terjebak di lumpur selama hampir sejam itu. Tidak mau kejadian tersebut terulang, dia lantas bernegosiasi dengan warga untuk menyediakan rumah mereka sebagai rumah singgah.
Warga yang memiliki rumah di tengah jalan dirayu agar mau menyediakan satu kamar untuk persalinan. Tidak mudah memang. Dengan berbagai alasan, akhirnya ada juga warga yang bersedia. Rumah singgah tersebut kemudian dilengkapi perlengkapan persalinan. "Ruangannya harus bersih, steril dan nyaman untuk persalinan," tambahnya.
Eulis juga rutin mengadakan Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin) yang berarti persiapan dana saat melahirkan. Setiap hari, para ibu diminta mengumpulkan Rp 1.000. Uang tersebut nanti diberikan kepada ibu yang melahirkan lebih dulu.
Menjadi bidan di desa yang sangat terpencil di Jawa Barat, bagi Eulis Rosmiati, dianggap sebagai pengabdian. Hingga kini, 20 tahun sudah dia mengabdi.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408