Euro
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

jpnn.com - Tidak mudah menyatukan Eropa. Dari dulu sampai sekarang Benua Biru itu terpecah-pecah oleh suku-suku bangsa kecil-kecil dengan ratusan bahasa yang berbeda.
Menjadikan Eropa sebagai entitas yang bersatu di bawah Pan-Eropa adalah impian lama yang sulit terealisasi.
Di panggung sejarah telah muncul orang-orang kuat yang ingin menyatukan Eropa menjadi satu.
Tidak cukup dengan negoisasi politik yang damai, tetapi dengan kekerasan dan peperangan.
Seperti ungkapan Carl von Clausewitz dalam "On War" (1832) perang adalah diplomasi dengan cara berbeda.
Maka muncullah orang-orang kuat yang menyulut Perang Eropa. Napoleon dari Prancis dan Hitler dari Jerman. Mereka berambisi menyatukan Eropa di bawah kepemimpinan diktatorial mereka.
Keduanya gagal dengan akibat yang mengerikan.
Perang sudah tidak ada lagi. Eropa modern sudah bersatu dalam Uni Eropa, tetapi penyatuan dalam arti Pan-Eropa dalam satu pemerintahan yang utuh tidak bisa terwujud.
Perang Eropa sekarang berkobar lagi. Bukan di medan perang, tetapi di stadion sepak bola. Euro 2020.
- PTPN IV Kirim 10 Ribu Ton CPO Bersertifikasi RSPO SG, Potensinya USD 9 Juta
- Cuma Indonesia yang Ribut soal Galon Polikarbonat, Eropa & Amerika Santai Saja
- Donald Trump Kembali Berkuasa, Para Pemimpin Eropa Tak Gembira
- Timnas Belgia Tampil Mengecewakan di Piala Eropa & Nations League, Sang Pelatih Dipecat
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Eropa Mulai Melarang Smartphone di Sekolah, Ini Alasannya