Fabrizio Urso, Warga Italia Penjual Gorengan di Surabaya
Untung Sedikit Tak Mengapa asal Banyak Pelanggan
Sistem tersebut memang boros minyak. Biaya pembelian minyak membengkak. Tapi, Fabriz tidak peduli. Bisa jadi, untung setiap gorengan memang sedikit, tapi rasanya enak. ’’Pelanggan juga semakin bertambah,’’ ujarnya.
Awalnya, dia hanya menjual tiga jenis gorengan. Masing-masing jenis 25 biji. Hasilnya, selama beberapa hari gorengannya habis. Kala itu, Novita, sang istri, selalu menemaninya berjualan. Karena respons pasar positif, Fabriz pun menambah jumlah gorengan. Kini jumlahnya bisa lebih dari 150 biji untuk setiap gorengan.
Pada bulan ketiga, Novita mengandung. Dia hanya membantu dari rumah. Salah satunya meracik bumbu. Fabriz lalu mencari pekerja yang sampai sekarang masih menemaninya. Setiap pukul 17.00, dia bersama karyawannya itu mulai menyiapkan dagangan di Jalan Manyarkertoarjo. Normalnya, Fabriz berjualan hingga pukul 22.00. Namun, kenyataannya berbeda. Tidak sampai tiga jam, gorengan sudah habis.
Banyak pelanggan mampir karena melihat bule berjualan. Ada daya tarik baginya untuk menarik pelanggan. Sampai sekarang, angka penjualannya terus meningkat. ’’Mereka tahu dari cerita rekannya. Lalu, mereka datang sendiri untuk mencoba,’’ paparnya sambil melayani beberapa pembeli yang antre di depan lapaknya.
Orang tua Fransesco Alesandro itu juga menceritakan awal mula masuk ke Indonesia. Tepatnya pada 2014 ketika dia bertemu sang pujaan hati di Singaraja. Mereka menjalin hubungan yang berlanjut ke pernikahan pada 2011.
Pada 2013, dia mendapat pekerjaan di Surabaya. Yakni, GM rumah makan di Jalan Imam Bonjol. Bagi dia, posisi sebagai GM di rumah makan bukan pengalaman baru. Ketika berada di Roma, Fabriz pernah bekerja di beberapa hotel terkenal di negara itu. ’’Saya nyaman dengan pekerjaan GM rumah makan,’’ katanya.
Namun,bekerja kepada seseorang tidak memberikan kebebasan waktu. Dia mulai berpikir membuka usaha sendiri. Yakni, berjualan gorengan.
Banyak rekan yang menyesalkan ketika dia keluar dari pekerjaan itu. Tapi, Fabriz memiliki prinsip kuat. Kerja keras akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat meski dimulai dari yang terkecil. Dukungan yang diberikan istri mendorong dia untuk mandiri. Pada Maret 2014, dia mulai membuka usaha itu.
Bisa jadi, keputusan Fabrizio Urso berbeda dengan warga negara asing lainnya yang tinggal di Indonesia. Pria kelahiran Roma Selatan itu meninggalkan
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408