Fadli Zon: Jangan Sampai Negara Agraris Melupakan Petani

Fadli Zon: Jangan Sampai Negara Agraris Melupakan Petani
Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon bicara soal penyelesaian honorer K2. Foto: Boy/JPNN.com

Lebih jauh, dia mengatakan masih terjadinya kelangkaan jagung pakan ayam terutama sejak 2017, juga menjadi catatan buruk bagi manajemen pangan. Surplus jagung akhir Desember 2019 lalu diperkirakan hanya 701,5 ribu ton, padahal rata-rata kebutuhan hingga dua bulan ke depan atau Februari 2020 mencapai 1,2 juta ton.

Fadli mengatakan sejak 2017 pemerintah telah menyetop impor jagung untuk industri pakan ternak. Selain itu, pemerintah juga telah menyetop impor gandum sebagai substitusi jagung sejak 2018 lalu. "Menghadapi defisit jagung ini pemerintah jadi tidak punya solusi. Kalau nanti harga ayam dan telur kembali meroket, baru pemerintah biasanya bereaksi," kata dia.

Fadli menegaskan tata kelola pangan yang tambal sulam semacam ini juga harus segera disudahi. Horison pemikiran saat merumuskan kebijakan pangan mestinya mempertimbangkan berbagai aspek. "Bukan hanya berangkat dari satu sudut pandang saja," tegas ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini.

Sekali lagi, secara demografis Indonesia masih negara agraris. Namun sayang, petani, nelayan, dan peternak masih belum menjadi warga negara utama di negeri ini. Padahal, sebagai negara agraris, orientasi pembangunan mestinya adalah petani. Kemakmuran petani seharusnya jadi fokus dan tujuan. Sebelum pemerintah bicara mengenai Revolusi Industri 4.0, unicorn, atau bisnis start up, mereka seharusnya terlebih dahulu berbicara soal petani.

"Jangan sampai negara agraris ini melupakan petaninya sendiri," katanya.(boy/jpnn)

Kisruh mengenai 20 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) yang terancam membusuk dan potensial merugikan negara hingga Rp167 miliar.


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News