Fah Love Daddy
Oleh Dahlan Iskan
Kata-kata itu diambil dari sinetron yang lagi top di kalangan wanita di sana. Tentang seorang buruh wanita miskin. Yang mendapat jodoh orang kaya nan baik hati.
Gilanya, Thanathorn bisa membuat emak-emak itu tambah gila. Sesekali Thanathorn membalas Line mereka: 'Daddy love Fah too'.
Di Thailand sebagian besar orang menggunakan Line. Bukan WA. Atau WeChat.
Posisi Thanathorn menjadi ancaman bagi incumben. Sampai akhirnya tersandung ujaran medsos itu. Popularitasnya berhasil dimerosotkan.
”Namun saya tetap akan pilih Thanathorn," ujar sopir yang mengantar saya kembali ke Bangkok. Setelah beberapa jam mampir ke Pattaya. "Saya ingin Thailand memiliki wajah baru," tambahnya.
Saya pun minta mobilnya diminggirkan. Agar saya bisa memotret baliho wajah Thanathorn. Yang banyak dipasang di sepanjang pinggir jalan menuju Bangkok.
Ia kelihatan senang. Saya pun memotret lebih banyak tokoh pilihannya. No 9.
Tanathorn memang membawa 'masa depan'. Ia berjanji akan memperjuangkan misi partai zaman dulu. Yang pada tahun 1932 berhasil mengubah Thailand. Dari sistem kerajaan totaliter. Ke kerajaan demokratis: tetap ada raja, tetapi memiliki parlemen dan kepala pemerintahan.