Fahri Prediksi Kereta Cepat Bernasib Sama dengan Monorel Jakarta
jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengatakan daerah di luar Jakarta dan Bandung membutuhkan infrastruktur minimal layaknya kabupaten atau kota. Sementara untuk menghubungkan Jakarta dengan Bandung yang dirasa sudah dirasa lebih dari cukup, malah dibangun lagi kereta api cepat.
"Menurut saya, megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini patut untuk ditinjau ulang oleh Presiden Joko Widodo sebab tidak masuk dalam prioritas pembangunan infrastruktur di Indonesia di samping infrastruktur Jakarta-Bandung sudah lebih dari cukup," kata Fahri Hamzah, kepada wartawan di Jakarta, Minggu (31/1).
Kalau megaproyek ini tetap dilanjutkan sebagaimana yang ditegaskan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno lanjut Fahri, potensi terbengkalainya sangat tinggi. "Sama nantinya dengan proyek monorel Jakarta yang mangrak. Aset negara dipakai tapi mubazir. Anehnya tidak ada yang dihukum dengan alasan monorel itu proyek negara sehingga tidak perlu mengusut siapa yang harus bertanggungjawab," tegasnya.
Dalam konteks pembangunan nasional ujar Fahri, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyatakan perlu haluan Negara. "Kan Bu Mega bilang harus ada haluan negara, maka proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini melanggar haluan negara dan pelakunya menteri yang mendorong-dorong Pak Jokowi menyetujui itu," kata Fahri.(fas/jpnn)
JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengatakan daerah di luar Jakarta dan Bandung membutuhkan infrastruktur minimal layaknya kabupaten atau
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Polda Sulsel Siap Tindak Oknum yang Mengaveling Tanah di Hutan Mangrove
- Kajian Dominus Litis, Mahasiswa dan Pakar Hukum Nilai Berpotensi Terjadi Abuse of Power
- Mendes PDT Soroti Kasus Pemerasan Kades oleh Oknum LSM & Wartawan Gadungan
- Status Gunung Awu di Sangihe Turun Menjadi Waspada
- Antisipasi Lonjakan Harga, APPDI Dorong Pemerintah Terbitkan Izin Impor Sapi Reguler
- Organisasi Terlarang HTI Muncul Lagi, Ansor-Banser Desak Pemerintah Bertindak Tegas