Fajar Lazuardi di Bahtsul Masail Gula Legi

Fajar Lazuardi di Bahtsul Masail Gula Legi
Fajar Lazuardi di Bahtsul Masail Gula Legi
Alhamdulillah. Dengan demikian, bila Tuhan mengizinkan, akhir tahun ini tinggal sepuluh lagi pabrik gula yang masih sulit. Berarti, masih 20 persen lagi. Tentu tidak mudah memecahkannya. Meski tinggal sepuluh pabrik gula, tapi pastilah itu yang paling sulit di antara yang tersulit-sulit.

   

Untuk membaca seberapa sulitkah kesulitan yang sulit itu, pimpinan sepuluh pabrik gula tersebut diminta menyebutkan tiga penyebab utama kesulitan itu. Yang satu, yang di Klaten itu, menyebutkan bahwa kesulitan utamanya hanya satu: Pabrik tersebut menggunakan banyak sekali boiler yang semuanya berukuran kecil-kecil. Kalau apa yang dia kemukakan itu benar, tentu tidak sulit memecahkannya: ganti boiler. Satu saja, tapi yang besar. Satu saja, tapi bahan bakarnya jangan minyak. Satu saja, tapi bayarnya nyicil.

   

Satu pabrik lagi di Probolinggo beralasan bahwa pabriknya sudah terlalu tua. Sudah 166 tahun. Kalau itu benar, masih tetap bisa diatasi. Sebab, pabrik gula pada prinsipnya adalah mekanik. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan mudah untuk peralatan yang sifatnya mekanik.

Satu pabrik lagi di Jateng, penyebabnya agak unik: kalah bersaing dengan pabrik gula Jawa yang jumlahnya sampai 300 buah di sekitar pabriknya. Tidak ada petani yang mengirim tebu ke pabrik karena tebu diolah sendiri-sendiri.

HAMPIR seribu orang berkumpul di gedung Empire Palace, Surabaya, Minggu pagi kemarin. Semua berkaus sama: kaus putih bergambar tebu, sepeda, dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News