Fakta! Dampak Sekolah 5 Hari, Siswa Madin dan Pesantren Berkurang Drastis

Mualimin, pengelola Ponpes Al-Hikmah, Lampung, yang juga menyelenggarakan TPA mengatakan selama ini siswanya ada 20 orang.
"Sepekan ini tidak ada satupun yang datang ke musala," katanya saat ada pertemuan pengelola Madin di Bogor kemarin (10/8).
Ternyata setelah ditelusuri, SDN tempat anak itu sekolah, menerapkan sekolah lima hari. Menurut dia anak-anak pulang jam 15.00 dan tidak memungkinkan untuk bisa ikut TPA lagi.
Padahal pendidikan TPA di tempatnya tidak hanya baca Alquran saja. Tetapi juga ada materi tajwid dan fiqih. Dia berharap TPA yang sudah jalan selama tiga tahun itu bisa aktif kembali melayani masyarakat.
Kondisi serupa juga terjadi di Indramayu. Pengurus Yayasan Assafi'iyah, Patrol, Indramayu Muhammad Hafifi mengatakan sebagian SDN di daerahnya sudah menerapkan sekolah lima hari.
Akibatnya banyak Madin yang kehilangan siswa. "Kami sampai buka posko pengaduan FDS (Full Day School, red)," jelasnya. Posko itu diharapkan bisa menampung keluhan pengelola Madin.
Hafifi sendiri mengelola Madin Takmiliyah Ma'arif dengan jumlah siswa 250-an anak. Untung di kecamatannya seluruh SDN masih memakai enam hari sekolah.
Jadi seluruh siswa madin di tempatnya masih utuh. "Tetapi di kecamatan tetangga seperti Loh Sarang dan Anjatan sudah lima hari sekolah," jelasnya.
Polemik seputar kebijakan sekolah lima hari atau yang popular dengan sebutan full day school, masih berlanjut.
- Peduli Santri, PIK2 Salurkan Beras untuk Pesantren Al-Wahdah
- Hadir Temani Perjalanan Spiritual Ramadan, AQUA Dukung Pesantren Kilat Narasi 2025
- Rustini Muhaimin Menggelar Bakti Sosial saat Bersafari Ramadan ke Gunungkidul
- Pesantren Jalan Cahaya Buka Akses Pendidikan untuk Anak Jalanan
- Pesantren 1.000 Cahaya, Misi Pendidikan Ramadan untuk Anak Yatim dan Disabilitas
- Kerja Sama Polri-PBNU Dinilai Efektif Kurangi Kekerasan di Pesantren