Fakta Mengejutkan dari Sri Mulyani tentang Pertumbuhan Ekonomi, Sangat Berat
jpnn.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada quartal I atau Q1 sebesar 2,97 persen (year on year).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan angka itu disebabkan karena konsumsi masyarakat mengalami penurunan sangat besar selama masa pandemi Covid-19.
“Kalau dilihat angka pertumbuhan 2,97 persen di kuartal 1, yang nampak sangat besar di sisi demand adalah konsumsi yang turun sangat besar,” kata Sri Mulyani saat rapat dengan Komisi XI DPR secara virtual, Rabu (6/5).
Ani, panggilan akrabnya, mengatakan biasanya angka konsumsi tumbuh di atas lima persen, kali ini merosot ke 2,84 persen.
Menurut dia, kondisi ini pun terjadi pada Q1, di mana pembatasan sosial berskala besar (PSBB) baru diberlakukan minggu kedua Maret 2020.
“Bisa dibayangkan kuartal kedua, April, Mei, dan PSBB meluas, maka konsumsi akan drop jauh lebih besar,” ungkap mantan petinggi Bank Dunia, itu.
Dalam rapat yang dipimpin Ketua Komisi XI DPR Fraksi Partai Golkar Dito Ganinduto itu, Ani menyatakan bahwa gross domestic product (GDP) Indonesia itu 57 persennya adalah konsumsi. Nilai konsumsi itu mencapai Rp 9000 triliun.
“Dan dari GDP indonesia, kontribusi Jakarta dan Jawa lebih dari 50 persen, yakni hampir 55 persen. Kalau sekarang Jakarta dan Jawa PSBB meluas, sudah pasti konsumsi tidak tumbuh bahkan mengalami kontraksi,” ungkap Ani.
Sri Mulyani ungkap kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke dalam skenario sangat berat bisa saja terjadi.
- Anak Buah Sri Mulyani Klaim Kondisi Perkonomian Indonesia Tetap Stabil jika PPN 12 Berlaku
- Hilirisasi Mineral, Strategi Utama Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8%
- Penyesuaian Tarif PPN 12% Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Rakyat
- Buntut PPN 12 Persen, Pemerintah Bebaskan PPH ke Pekerja Padat Karya
- Alumni ITB Diimbau Mendukung Target Pertumbuhan Ekonomi Nasional 8%
- Ternyata Daging hingga Listrik Kena PPN 12 Persen, Begini Kriterianya