Fakta Mengejutkan di Balik Pabrik Tahu Berformalin

Fakta Mengejutkan di Balik Pabrik Tahu Berformalin
Wakil Walikota Palembang Fitrianti Agustinda atau yang akrab disapa Finda memimpin sidak di 3 pabrik tahu. FOTO: KRIS SAMIAJI/SUMATERA EKSPRES

Diduga cairan itu adalah formalin. Koran ini pun membeli tahu yang direndam air, ukuran sedang Rp50 ribu 100 butir. “Sebelum dibawa ke pedagang semua kita kasih cairan,” imbuhnya.

Acan tidak mengakui kalau tahunya pakai formalin. “Pengawetnya asam asetat dan campuran tepung. Bukan formalin,” kilahnya.

Sekali produksi, Acan habiskan 500-600 kg kedelai. Tahu miliknya didistribusikan ke Pasar Induk Jakabaring. “Tidak perlu ke pabrik. Beli saja di Jakabaring. Banyak pedagang ambil di kita kok.”

Terakhir, ambil sample di pabrik tahu Te. Sambil membeli tahu, wartawan Sumeks mengamati aktivitas pabrik. Di sana ada puluhan kaleng cat tembok 25 kg berisi tahu yang sudah direndam.

“Bisa minta tahu yang awet,” ujar wartawan ke seorang karyawan pabrik. “Tahu kami tidak pakai obat (formalin, red),” jawabnya.

Wartawan Sumeks lalu membeli tahu besar yang baru selesai dimasak 50 butir Rp50 ribu. Modalnya Rp1.000 per butir.

Untuk tahu sedang dijual Rp600 per butir. Pabrik Ts setiap hari habiskan 200 kg kedelai. “Saya tak pakai formalin. Tidak mau urusan dengan polisi. Repot. Usaha bisa ditutup,” kilah Te.

Positif Formalin

Tahu berformalin yang ditemukan kali ini menggemparkan. Sang pengusaha menyalahkan pedagang. Tapi, temuan teranyar justru tahu-tahu itu, sudah dicampur

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News