Fakta Mengejutkan di Balik Pabrik Tahu Berformalin
Diduga cairan itu adalah formalin. Koran ini pun membeli tahu yang direndam air, ukuran sedang Rp50 ribu 100 butir. “Sebelum dibawa ke pedagang semua kita kasih cairan,” imbuhnya.
Acan tidak mengakui kalau tahunya pakai formalin. “Pengawetnya asam asetat dan campuran tepung. Bukan formalin,” kilahnya.
Sekali produksi, Acan habiskan 500-600 kg kedelai. Tahu miliknya didistribusikan ke Pasar Induk Jakabaring. “Tidak perlu ke pabrik. Beli saja di Jakabaring. Banyak pedagang ambil di kita kok.”
Terakhir, ambil sample di pabrik tahu Te. Sambil membeli tahu, wartawan Sumeks mengamati aktivitas pabrik. Di sana ada puluhan kaleng cat tembok 25 kg berisi tahu yang sudah direndam.
“Bisa minta tahu yang awet,” ujar wartawan ke seorang karyawan pabrik. “Tahu kami tidak pakai obat (formalin, red),” jawabnya.
Wartawan Sumeks lalu membeli tahu besar yang baru selesai dimasak 50 butir Rp50 ribu. Modalnya Rp1.000 per butir.
Untuk tahu sedang dijual Rp600 per butir. Pabrik Ts setiap hari habiskan 200 kg kedelai. “Saya tak pakai formalin. Tidak mau urusan dengan polisi. Repot. Usaha bisa ditutup,” kilah Te.
Positif Formalin
Tahu berformalin yang ditemukan kali ini menggemparkan. Sang pengusaha menyalahkan pedagang. Tapi, temuan teranyar justru tahu-tahu itu, sudah dicampur
- Kata Pakar soal BPA pada Galon Polikarbonat, Mitos atau Fakta?
- Bernardi, Produk Inovatif untuk Memenuhi Kebutuhan Konsumen Modern
- Bea Cukai Bersama BPOM & Asperindo Gelar FGD Bahas Pengawasan Impor Obat dan Makanan
- Pakar: Bahaya BPA Merupakan Ancaman Kesehatan, Bukan Isu Persaingan Usaha
- Sosialisasi Aturan Baru, BPOM Kenalkan Program Jalur Cepat Simantap
- IPMG Dukung Kebijakan E-Labeling Guna Tingkatkan Capaian Kesehatan & Keberlanjutan Alam