Fakta soal Stunting, Bisa Jadi Ancaman Besar, Waspada!
jpnn.com, JAKARTA - Stunting tidak hanya membawa dampak negatif pada hidup anak Indonesia, tetapi juga menyimpan bahaya besar bagi Indonesia.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Arumdriya Murwani mengatakan stunting bisa berbahaya bagi potensi bonus demografi negeri berpenduduk terbesar keempat di dunia ini.
Menurut dia, penting bagi pemerintah untuk memastikan pemenuhan gizi anak sedini mungkin demi pertumbuhan yang baik.
Stunting, terjadi ketika anak mengalami kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama dan menerus. Kemudian akan menghambat pertumbuhan fisik dan mental anak.
"Tinggi badan anak stunting biasanya lebih pendek dari rata-rata tinggi anak seusianya. Tidak hanya berdampak pada fisik, kecerdasan anak stunting biasanya juga tidak lebih baik daripada anak yang tidak mengalami stunting dan cenderung lebih mudah mengalami masalah kesehatan,” ujarnya.
Menukil laporan 2021 State of Food Security and Nutrition in the World, Arumdriya memperkirakan stunting di Indonesia mencapai 31,8 persen pada 2020.
Hal ini diperparah dengan anggapan stunting sebagai sesuatu yang wajar dan dikaitkan dengan genetika orang tua, bukan dengan malnutrisi, sehingga cenderung diabaikan.
"Kekurangan mikronutrien penting, seperti yang berasal dari protein hewani, dapat menurunkan mutu pola makan dan menimbulkan risiko malnutrisi dan stunting pada anak-anak," beber dia.
Stunting tidak hanya membawa dampak negatif pada hidup anak Indonesia, tetapi juga menyimpan bahaya besar bagi Indonesia.
- Cadangan Beras Pemerintah Aman, Tak Perlu Impor
- Mendagri Tito Ungkap Ada Program Stunting Anggarannya Rp 10 M, tetapi Sampai ke Rakyat Rp 2 M
- Salurkan 32.000 Telur untuk Ratusan Anak Terindikasi Stunting
- Harga Telur Ayam Makin Tinggi, Hari Ini Sebegini
- Menteri Kependudukan Petakan Daerah dengan Keluarga Berisiko Stunting
- JICT Bikin Terobosan Menekan Angka Stunting di Jakarta Utara