Faktor Human Error Mencuat

Gunung Salak, Rute Pilihan Pilot

Faktor Human Error Mencuat
Sri Pujiyanti mendekap Nunuk, tantenya saat menunggu kabar suaminya, Anthon Dariyanto di bandara Halim Perdanakusuma, Kamis, 10 Mei 2012. Foto: Dhimas Ginanjar/Jawa Pos
Meski demikian, Gagah enggan berspekulasi lebih jauh. Menurutnya, ada baiknya menunggu hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Sebab, dari hasil investigasi institusi itulah akan diketahui dengan pasti kenapa pesawat tersebut jatuh. "Apakah pesawat itu punya ELT atau tidak, itu tergantung investigasi KNKT. Namun, semua pesawat komersial seharusnya punya alat itu," terangnya.

Kejanggalan lain adalah rute penerbangan. Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menilai keputusan joy flight kea rah Pelabuhan Ratu tidak lazim. Karena daerah di selatan Jakarta yang berkontur gunung-gunung, lebih berawan, dan lebih berangin kencang dibandingkan jalur utara Jakarta tidak tepat bila digunakan untuk penerbangan demo.

"Kalau pilotnya hafal rute penerbangan di Indonesia, mereka pasti akan mengarahkan rute joy flight ke Krakatau atau Indramayu yang relatif lebih ringan," terangnya.

Ketinggian pesawat ketika terbang di atas gunung Salak juga menjadi perhatian. Menurut Gerry, pilot Indonesia akan mengambil jarak aman 11 ribu meter di atas permukaan air laut di atas Gunung Salak, sesuai ketentuan MOCA (minimum obstacle clearance altitude).

PENYEBAB joy flight SSJ100 menjadi deadly flight mulai terungkap. Terutama, kenapa penerbangan kedua tersebut mengambil rute Bandara Halim Perdana

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News