Faktor Human Error Mencuat
Gunung Salak, Rute Pilihan Pilot
Jumat, 11 Mei 2012 – 07:30 WIB

Sri Pujiyanti mendekap Nunuk, tantenya saat menunggu kabar suaminya, Anthon Dariyanto di bandara Halim Perdanakusuma, Kamis, 10 Mei 2012. Foto: Dhimas Ginanjar/Jawa Pos
1. Mengapa instrumen Ground Proximity Warning System (GPWS) atau alat pendeteksi ketinggian, minimum obstacle clearance altitude (MOCA), minimum off route altitude (MORA), dan theater airborne warning system (TAWS) tidak memberitahu pilot pesawat bila sudah terlalu dekat dengan daratan, melenceng dari rute penerbangan, dan ada hambatan/tebing gunung di jalur penerbangan?
2. Mengapa peralatan emergency location beacon-aircraft (ELBA)" atau emergency locator transmitter (ELT) yang menunjukkan posisi pesawat saat kecelakaan tidak memancarkan sinyal darurat?
3. Mengapa pilot meminta izin menurunkan ketinggian dari 10 ribu meter menuju 6 ribu meter dan sebelum dijawab ATC Bandara Soekarno Hatta posisi pesawat sudah berada di ketinggian 5.400 meter?
4. Mengapa manifes penerbangan yang berisi daftar penumpang pesawat tidak ditinggal di bandara, namun dibawa penumpang ikut dalam penerbangan?
PENYEBAB joy flight SSJ100 menjadi deadly flight mulai terungkap. Terutama, kenapa penerbangan kedua tersebut mengambil rute Bandara Halim Perdana
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Hari Kedua Tes PPPK Tahap 2, Jangan Sepelekan Peringatan Profesor Hukum
- BAZNAS dan Ulama Palestina Perkuat Kerja Sama untuk Palestina
- InJourney Hadirkan Tarian Nusantara di TMII, Diikuti 500 Anak Dari Sabang Sampai Merauke
- Minta Eksepsi Aipda Robig Zaenudin Ditolak, JPU Tegaskan Dakwaan Sudah Sah dan Cermat
- KPK Periksa Komisaris PT Inti Alasindo Energy Terkait Kasus Korupsi PGN
- Eks Staf Ahli Pertanyakan Proses Laporan Dugaan Suap Pimpinan DPD RI ke KPK