Faktor Pemicu Pesta Haram Tukar Pasangan dan Risikonya
jpnn.com, PALEMBANG - Praktik pasutri yang melakukan pesta seks tukar pasangan alias swinger, mendapat tanggapan psikolog.
Psikolog Anrilia Ema, MEd dari RS Hermina menerangkan ada pasangan yang menganut prinsip hedonisme, yaitu mengutamakan kesenangan pribadi dan cenderung tak mengindahkan prinsip umum.
Dari sudut pandang psikologi seksual, tindakan tersebut termasuk dalam golongan perilaku seksual tidak lazim. "Sebab berbeda dari norma yang berlaku umum yang dianut oleh kebanyakan orang," katanya, seperti diberitakan Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group).
Beberapa orang memiliki kecenderungan perilaku seksual yang berbeda dari lazim lantaran mendapatkan kenikmatan seksualnya dari melakukan hal yang justru tidak umum. Bagaimana itu bisa terjadi, kata dia, harus melihat preferensi setiap orang dan pasangan. Termasuk bagaimana komitmen pasangan menjalankan sebuah hubungan dan prinsip hidup apa yang dianut.
“Prinsip hedonisme memang cenderung mengedepankan kesenangan pribadi. Jadi ya memang umumnya pelaku tak menganut values yang sama dengan yang berlaku umum," tukasnya.
Psikolog RS Siloam Sriwijaya Palembang, Renny Permataria Sari Spsi mengatakan, banyak faktor pemicu swinger. “Mungkin pelaku anggap hal tidak wajar menjadi hal biasa,” ujarnya. Faktor lain, bisa dipengaruhi narkoba tingkat akut.
Pengaruh narkoba membuat kesadaran diri, emosi dan perilaku tidak terkontrol. Kontrol diri yang kurang akhirnya melegalkan seks bebas. Ditambah, kurangnya landasan agama yang diperoleh dan juga karena pengaruhi film porno.
Dr Siti Mirza Nuriah SpOG menerangkan gonta ganti pasangan khususnya urusan seksual menjadi sarana termudah penularan penyakit, terutama pada wanita. Salah satunya kanker serviks atau kanker leher rahim. Penyakit yang mengancam wanita ini lebih rentan ditularkan melalui hubungan seksual banyak pasangan. “Tidak setia dengan pasangan berisiko terinfeksi HPV,” ujarnya.