Faktor Psikologi Ikut Bantu Warga Indonesia Sembuh dari COVID-19
Hasil tes COVID-19 ayahnya yang positif "menyakitkan hati" Maya dan anggota keluarganya yang lain.
"Ini membuat mental pasien dan keluarga menjadi drop, itu yang aku alami sendiri," ujar Maya.
"Kita lalu bangkit dan memberikan semangat, karena jika pasien terlalu banyak khawatir justru malah akan memperburuk kondisinya."
Maya mengatakan setiap harinya anggota keluarga menanyakan perasaan ayahnya, selain juga makanan apa yang ayahnya ingin santap.
Menurut Maya awalnya keluarga tidak ingin melaporkan kepada RT karena tidak ingin membuat kecemasan di kalangan warga, terlebih masih ada stigma bagi mereka yang dinyatakan tertular virus corona.
"COVID-19 itu masih dianggap aib, penyakit menjijikkan yang menular dan bisa membuat penderita dan keluarganya menjadi malu," kata Maya yang bekerja sebagai trainer di konsultan Kubuk Leadership.
Tapi Maya mengatakan keluarganya tetap bertanggung jawab.
Meski tidak melaporkan ke RT, seluruh anggota keluarganya melakukan isolasi mandiri saat merawat ayahnya dan tidak keluar sama sekali selama hampir 30 hari hingga semua dinyatakan negatif.
Sejumlah warga Indonesia menceritakan proses kesembuhan mereka atau anggota keluarganya dari COVID-19
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan