Faktor Psikologi Ikut Bantu Warga Indonesia Sembuh dari COVID-19

Hasil tes COVID-19 ayahnya yang positif "menyakitkan hati" Maya dan anggota keluarganya yang lain.
"Ini membuat mental pasien dan keluarga menjadi drop, itu yang aku alami sendiri," ujar Maya.
"Kita lalu bangkit dan memberikan semangat, karena jika pasien terlalu banyak khawatir justru malah akan memperburuk kondisinya."
Maya mengatakan setiap harinya anggota keluarga menanyakan perasaan ayahnya, selain juga makanan apa yang ayahnya ingin santap.
Menurut Maya awalnya keluarga tidak ingin melaporkan kepada RT karena tidak ingin membuat kecemasan di kalangan warga, terlebih masih ada stigma bagi mereka yang dinyatakan tertular virus corona.
"COVID-19 itu masih dianggap aib, penyakit menjijikkan yang menular dan bisa membuat penderita dan keluarganya menjadi malu," kata Maya yang bekerja sebagai trainer di konsultan Kubuk Leadership.
Tapi Maya mengatakan keluarganya tetap bertanggung jawab.
Meski tidak melaporkan ke RT, seluruh anggota keluarganya melakukan isolasi mandiri saat merawat ayahnya dan tidak keluar sama sekali selama hampir 30 hari hingga semua dinyatakan negatif.
Sejumlah warga Indonesia menceritakan proses kesembuhan mereka atau anggota keluarganya dari COVID-19
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya