Falsafah Bunga, Lebah, dan Madu ala Menteri Wihaji demi Keluarga Bahagia

Oleh karena itu, Wihaji menyiapkan jurus untuk mengatasi berbagai persoalan kependudukan dan keluarga. Dia menyodorkan kiat yang didasarkan pada falsafah tentang bunga, lebah, dan madu.
Bunga, kata Wihaji, melambangkan keindahan. Dia menginginkan Kemendukbangga/BKKBN menjadi institusi yang indah sehingga masyarakat mendekat untuk mencari solusi.
“Profesional dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, punya standar tinggi dalam bekerja, inovatif, dan bersikap proaktif,” ucapnya.
Adapun lebah adalah majas dari sinergi dan kolaborasi. Wihaji pun menekankan tentang pentingnya upaya bersama yang melibatkan berbagai kementerian/lembaga demi memberikan manfaat kepada masyarakat luas.
Selanjutnya ialah madu yang menjadi kiasan dari hasil kerja yang baik. “Ada hasil kerja yang berdampak dan bermanfaat bagi masyarakat,” tuturnya.
Kemendukbangga/BKKBN pun menggunakan kemajuan teknologi informasi, termasuk akal imitasi (AI), untuk mendekat ke masyarakat. Aplikasi itu melayani tanya jawab, sekaligus memberikan solusi seputar masalah kependudukan dan keluarga.
“Bismillah, kami bikin AI untuk menjawab pertanyaan tentang batas minimal usia pernikahan, stunting, dan lain-lain,” katanya.
Wihaji meyakini ikhtiarnya akan berdampak pada persoalan kependudukan dan pembangunan keluarga. Menurut dia, keluarga bahagia merupakan kunci penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) Wihaji menceritakan soal tugas dan misi besar kementeriannya.
- Kawal Program Asta Cita, SP-Sekar BUMN Deklarasi Forkom
- Menteri Wihaji Tinjau Simulasi MBG untuk Ibu Hamil dan Balita di Ciparay Bandung
- Begini Cara BNI Memberdayakan Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong
- Penggunaan AI pada Asta Cita Prabowo Disebut Bisa Kerek 8 Persen Ekonomi Indonesia
- Menteri Wihaji: Data Kekuatan Besar untuk Jalankan Program Kemendukbangga