Family Office di Indonesia: Apa Untungnya, Apa Risikonya?

"Dua alasan mengapa orang ke Singapura dan Hong Kong, yang pertama karena birokrasinya enggak ribet, dan mereka punya reputasi bagus soal confidentiality."
"Jadi saat Indonesia mengumumkan akan membuat family office, saya asumsikan berarti Indonesia juga sudah siap untuk membenahi diri soal ini."
Meski mengakui ide ini cukup baik mengingat besar potensinya, Aswin menilai usul ini tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat.
"It's too risky in my opinion, ... ini bukan hanya soal 'lokasinya di Bali, pajaknya free', tapi kan ada masalah keamanan [digital] yang belum diberesin, ada masalah confidentiality yang belum kita jaga, ada masalah birokrasi yang belum dibenerin, ada banyak lapisan yang perlu dibenerin sebelum kita masuk ke sana."
Senada dengan Aswin, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, Indonesia belum memenuhi syarat untuk mendirikan family office.
"Berharap family office masuk ke Indonesia masih jauh lah. Syarat untuk masuk family office itu di antaranya punya kepastian hukum, kerahasiaan pribadi, dan minim pencucian uang," kata Bhima kepada Kompas.com.
Aswin mengingatkan pemerintah untuk mulai melakukan kajian yang proper sejak sekarang dengan melibatkan pakar yang kompeten tanpa ada tekanan waktu untuk menjajaki ide family office ini sebelum dieksekusi.
Jujur saja, siapa di sini yang masih bingung soal istilah 'family office' yang belakangan ini santer di media? Enggak perlu khawatir, berikut penjelasan tentang 'family office' yang kami coba tuliskan untuk Anda
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya
- Gus Sholeh: Indonesia Butuh Generasi untuk Masa Depan yang Gemilang dan Cerah
- Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?
- Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?