Fani Oktora, Perempuan Belia yang Hanya Empat Hari Jadi Istri Bupati
Orang Tua Jatuh Sakit, Rumah Ikut Roboh
Senin, 03 Desember 2012 – 07:37 WIB

TERHIBUR: Fani Octora (kiri) tampak terhibur setelah diajak mengunjungi beberapa tempat wisata di Jakarta bersama Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut, Rani Permata Dicky Chandra (tengah) dan wakil ketua P2TP2A Nitta Widjaya. Foto: RADAR GARUT
Sejak kasus pernikahan yang empat hari kemudian cerai tersebar di media cetak dan elektronik, Fani shock berat. Dia mengurung diri di kamar. Kondisinya semakin buruk setelah Dedah, ibunya, dan Udin Saepudin, bapaknya, mengalami hal serupa. Untungnya, Udin cepat bangkit sehingga tidak separah istrinya.
Baca Juga:
Rumah yang ditinggali Fani dan Ade, sang nenek, merupakan rumah panggung berukuran sedang. "Akhir-akhir ini Fani sering mengurung diri di kamar. Sejak peristiwa itu (dicerai, Red), dia memang tinggal sama saya, karena rumah orang tuanya juga runtuh," ujar Ade. Ya, bersamaan dengan mencuatnya kasus ini, rumah orang tua Fani juga roboh dan sekarang dalam perbaikan.
Orang yang ingin bertemu Fani memang diterima Ade. Fani sendiri enggan bertemu orang lain. Begitu juga ketika Radar Tasikmalaya (Jawa Pos Group) mendatangi rumah Ade.
Namun, setelah sekian lama ditunggu, akhirnya Fani keluar dari kamarnya. Wajahnya tampak kusut dalam balutan kerudung abu-abu motif bunga. Dia mengenakan baju tidur pink.
MIMPI Fani Oktora untuk membangun rumah tangga dengan bupati pupus hanya dalam waktu empat hari. Bupati Garut Aceng H.M. Fikri yang menikahinya secara
BERITA TERKAIT
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri