FAO Dorong Peningkatan Ilmu dan Mekanisasi Pertanian
jpnn.com, JAKARTA - Ratno Soetjiptadie selaku Senior Expatriate Tech-cooperation Aspac FAO mengatakan, ilmu dan teknologi petani Indonesia perlu ditingkatkan.
Sebab, selama ini sentuhan teknologi petani masih rendah sehingga produktivitas pangannya dan kesejahteraannya stagnan.
Dia mencontohkan, petani tidak bisa mengukur Ph tanah atau obat-obatan apa saja yang tidak boleh digunakan. Kemudian petani tidak bisa memilih benih unggul.
Bahkan, lanjutnya, ada petani di Kerawang memberikan pupuk pada tanaman padi hingga satu ton.
Petani beranggapan bahwa diberi input satu kg, maka ada kenaikan produksi.
“Akibatnya biaya produksi beras di Indonesia cukup tinggi, dan salah satu kontribusinya dari pembelian pupuk,” kata Retno dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian di Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Senin (9/7).
Adanya kerusakan tanah terjadi pada areal yang luas dan penggunaan pestisida yang tidak bijak mengancam ketahanan pangan nasional.
Dia memperkirakan, sekitar 69 persen tanah Indonesia dikategorikan rusak parah lantaran penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.
Selama ini sentuhan teknologi petani masih rendah sehingga produktivitas pangannya dan kesejahteraannya stagnan.
- Menteri SYL Sampaikan Arah Kebijakan Pertanian Kementan Pada 2021
- Harga Kedelai tak Stabil, Mentan Syahrul Yasin Limpo Langsung Lakukan Ini
- Kementan Ungkap 10 Provinsi Produsen Jagung Terbesar Indonesia
- Realisasi RJIT Ditjen PSP Kementan di Kabupaten Bandung Melebihi Target
- Mentan SYL Tingkatkan Produksi Pertanian di Sulawesi Utara
- Covid-19 Tantangan Bagi Kementan untuk Penyediaan Pangan, Mohon Doanya