Farah Al-Dabbas 20 Tahun Menanti Negara Baru Untuk Ditinggali
"Saya benar-benar tidak pernah mengagumi atau melihat ke langit karena kami benar-benar tidak pernah memiliki kesempatan itu, kami selalu menundukkan kepala berusaha untuk bersembunyi dan tidak pernah benar-benar mampu memandangnya.
"Pergi di waktu malam tidak pernah dimungkinkan bagi kita."
Photo: Keluarga Farah Al-Dabbas sedang membangun kehidupan baru di Australia.(Disediakan: Farah Al-Dabbas)
Farah Al-Dabbas sekarang bekerja sebagai pekerja dukungan bagi siswa di Diversity, sebuah organisasi yang membantu pengungsi dan migran di Geelong.
Pada hari Jumat ia akan menjadi pembicara utama pada jamuan makan malam besar bagi para pengungsi, salah satu dari banyak acara yang direncanakan akan diselenggarakan di seluruh Australia.
Orangtuanya akan menjadi bagian dari tim yang menyiapkan makan malam untuk para tamu.
Sementara keluarga masih membiasakan diri dengan kehidupan di Australia - orang tua mereka menjadi sukarelawan di toko barang loak amal dan saudara mereka sedang kuliah di jurusan perdagangan di Deakin - untuk pertama kalinya mereka tidak merasa seperti mereka hidup dalam bayang-bayang.
"Ini bukan negara saya, tetapi ini adalah tempat saya dapat menyebutnya sebagai rumah," katanya.
- Dunia Hari Ini: Dua Negara Bagian di Australia Berlakukan Larangan Menyalakan Api
- Dunia Hari Ini: Harvey Moeis Divonis Enam Setengah Tahun Penjara
- Australia Membutuhkan Pekerja Lepasan yang Cukup Banyak Menjelang Akhir Tahun
- Sebuah Gelombang Besar yang Menerjang Asia
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Masih Ancam negara Bagian Victoria di Australia
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis