Farah Al-Dabbas 20 Tahun Menanti Negara Baru Untuk Ditinggali

"Saya benar-benar tidak pernah mengagumi atau melihat ke langit karena kami benar-benar tidak pernah memiliki kesempatan itu, kami selalu menundukkan kepala berusaha untuk bersembunyi dan tidak pernah benar-benar mampu memandangnya.
"Pergi di waktu malam tidak pernah dimungkinkan bagi kita."

(Disediakan: Farah Al-Dabbas)
Farah Al-Dabbas sekarang bekerja sebagai pekerja dukungan bagi siswa di Diversity, sebuah organisasi yang membantu pengungsi dan migran di Geelong.
Pada hari Jumat ia akan menjadi pembicara utama pada jamuan makan malam besar bagi para pengungsi, salah satu dari banyak acara yang direncanakan akan diselenggarakan di seluruh Australia.
Orangtuanya akan menjadi bagian dari tim yang menyiapkan makan malam untuk para tamu.
Sementara keluarga masih membiasakan diri dengan kehidupan di Australia - orang tua mereka menjadi sukarelawan di toko barang loak amal dan saudara mereka sedang kuliah di jurusan perdagangan di Deakin - untuk pertama kalinya mereka tidak merasa seperti mereka hidup dalam bayang-bayang.
"Ini bukan negara saya, tetapi ini adalah tempat saya dapat menyebutnya sebagai rumah," katanya.
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya