Farel Prayoga
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Karena itu, Jokowi melakukan desakralisasi Istana denga cara membuka Istana untuk dikunjungi rakyat pada kesempatan tertentu, misalnya melalui open house saat Idulfitri. Pada kesempatan Lebaran, rakyat boleh mengunjungi Istana dan melakukan halalbihalal dengan presiden.
Di masa kepemimpinan Presiden Soeharto di era Orde Baru, Istana adalah locus kekuasaan yang sakral.
Soeharto menempatkan dirinya sebagai penguasa Jawa yang mendapatkan kekuasaan dari pulung yang turun dalam bentuk wahyu kedaton.
Wahyu ini sakral dan hanya turun kepada orang-orang pinilih, orang-orang yang terpilih.
Dalam konsep kekuasaan Max Weber seseorang menjadi pemimpin karena mendapatkan mandat rakyat melalui pemilihan, atau menjadi pemimpin karena kharismanya diakui oleh rakyat.
Seseorang juga bisa menjadi pemimpin karena mengeklaim mendapatkan wahyu kedaton dari dewa-dewa.
Model kekuasaan inilah yang diterapkan di sistem mornarki atau kerajaan.
Sebagai penganut kejawen tulen, Pak Harto meyakini kekuasaannya merupakan wahyu.
Penampilan Farel Prayoga di depan Jokowi viral nasional dan membuat nama Farel makin moncer.
- Detik-Detik Penumpang KA Ciremai Terperosok di Rel Stasiun Semarang Poncol
- Nasib Kepala Rutan Pekanbaru Setelah Viral Video Napi Dugem dalam Sel
- Alumnus Diduga Melecehkan Pasien di Garut, Unpad Buka Suara
- Pelaku Pelecehan Seksual Dokter Kandungan di Kabupaten Garut Ditangkap
- Gegara Cipratan Air, ASN Banyuasin Adu Jotos dengan Seorang Pria, Lihat!
- Geger Pengakuan Eks Tahanan soal Pungli di Rutan Polda Jateng, Bayar Kamar Rp 1 Juta