Fasli Jalal Dapat Gelar Profesor Kehormatan Fujian Normal University
Dari perjalanan sejarah, nenek moyang orang Indonesia mempunyai hubungan dekat dengan Tiongkok. Banyak keturunan Tionghoa yang sudah menjadi warga negara Indonesia.
"Jadi, waktu itu sebelum Pak Harto (Presiden Soeharto) berakhir (masa pemerintahannya), sebetulnya hubungan dagang sudah dimulai, walaupun hubungan diplomatik belum," terang dia.
Fasli mengatakan hubungan dagang itu membuka banyak kerja sama. Meningkatnya hubungan kerja sama kedua negara mendorong perlunya pembelajaran bahasa Mandarin.
Presiden Gus Dur saat itu ternyata juga sangat mendukung sehingga upaya untuk mengembalikan memori masa lalu bisa dimulai lagi.
Batch pertama (kursus) hanya diikuti 400 orang, lalu, berkembang dalam 10 tahun menjadi 18 ribu per tahun.
Saat ini, ujar Prof. Fasli, pelajaran bahasa Mandarin tidak hanya hadir di universitas, tetapi hingga ke sekolah menengah.
Tiongkok pun menjadi mitra strategis Indonesia dalam berbagai bidang termasuk sektor pendidikan.
"Tiongkok banyak menawarkan beasiswa untuk mahasiswa Indonesia dengan beragam program keilmuan agar bisa mempelajari bahasa China serta budayanya," terangnya.