Femke Den Haas; 'Terdampar' di Indonesia demi Urusi Binatang
Sedih Lihat Orang Utan Dibantai untuk Kelapa Sawit
Selasa, 29 November 2011 – 18:08 WIB
Femke kecil langsung menangis begitu melihat hewan yang mulai tidak berdaya itu mengerang. Dia lantas meminta orang tuanya segera menyelamatkan kucing tersebut. Namun sia-sia, orang tua Femke menolak dengan alasan bahwa kucing itu hendak mati.
Sejak itu, dia terus kepikiran, betapa malang kucing tersebut karena telat diselamatkan dan mati. Femke lantas tumbuh menjadi sosok yang sangat cinta binatang. Dia tidak ingin lagi ada binatang yang tersakiti dan tidak dihargai. "Usia delapan tahun, saya sudah tidak makan daging," ungkapnya, lantas tersenyum.
Prinsipnya, manusia bisa hidup berdampingan dengan binatang tanpa saling menyakiti. Manusia hidup, binatang juga hidup. Dengan keyakinan itu, alam akan menjadi lebih baik. Pandangan itu pula yang membuat dia mulai bekerja sosial untuk binatang di Belanda. Tugasnya adalah menyelamatkan binatang yang tertabrak kendaraan.
Sekitar 1996, ayahnya yang bekerja di Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia mengajaknya ikut serta ke wilayah tugasnya. Dia mempelajari berbagai hal tentang kekayaan fauna di bumi pertiwi ini. Salah satu yang menurut dia paling menarik adalah primata, terutama orang utan. "Karena itu, saya pengin banget jadi sukarelawan orang utan di Kalimantan," tuturnya.
Tidak banyak orang, apalagi perempuan, yang rela meninggalkan negaranya hanya untuk merawat binatang. Namun, itu tak berlaku bagi Femke Den Haas.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408