Femke Den Haas; 'Terdampar' di Indonesia demi Urusi Binatang

Sedih Lihat Orang Utan Dibantai untuk Kelapa Sawit

Femke Den Haas; 'Terdampar' di Indonesia demi Urusi Binatang
Femke Den Haas; 'Terdampar' di Indonesia demi Urusi Binatang

Nah, pekerjaan itulah yang membuat dia ingin kembali ke Indonesia. Sebab, banyak penyelundupan yang melibatkan hewan dari Indonesia, seperti primata jenis kukang dan monyet. Keinginan tersebut terwujud setelah dia menyelesaikan tugas bekerja di Afrika untuk konservasi simpanse dan Animal Shelter di Yunani pada 2002.

Pada Agustus 2002 kakinya kembali menginjak bumi Indonesia. Itu terjadi atas undangan Pusat Primata Schmutzer (PPS) Kebun Binatang Ragunan. Kebetulan, dia mengenal pendiri PPS Pauline Antoinette Schmutzer-versteegh sebelum sosok itu meninggal pada 1998. "Diundang untuk membentuk standardisasi pusat primata," ungkapnya.

Pikir dia saat itu, dirinya hanya satu tahun berada di Indonesia. Tetapi ternyata, ada yang tertarik untuk menggunakan jasanya. Yakni, Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tegal Alur, Cengkareng, Tangerang. Tugasnya khusus mengurus hewan-hewan sitaan dari perdagangan gelap.

Pekerjaan tersebut sangat berat. Digambarkan Femke, dirinya benar-benar mengorbankan seluruh waktu untuk mengurus binatang. Yang paling membuat Femke mengelus dada adalah sempitnya lahan PPS Tegal Alur. Terlalu sempit untuk menampung ribuan satwa. "Dari situ, muncul konservasi di Kepulauan Seribu," jelasnya.

Tidak banyak orang, apalagi perempuan, yang rela meninggalkan negaranya hanya untuk merawat binatang. Namun, itu tak berlaku bagi Femke Den Haas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News