Femke Den Haas; 'Terdampar' di Indonesia demi Urusi Binatang
Sedih Lihat Orang Utan Dibantai untuk Kelapa Sawit
Selasa, 29 November 2011 – 18:08 WIB

Femke Den Haas; 'Terdampar' di Indonesia demi Urusi Binatang
Nah, pekerjaan itulah yang membuat dia ingin kembali ke Indonesia. Sebab, banyak penyelundupan yang melibatkan hewan dari Indonesia, seperti primata jenis kukang dan monyet. Keinginan tersebut terwujud setelah dia menyelesaikan tugas bekerja di Afrika untuk konservasi simpanse dan Animal Shelter di Yunani pada 2002.
Pada Agustus 2002 kakinya kembali menginjak bumi Indonesia. Itu terjadi atas undangan Pusat Primata Schmutzer (PPS) Kebun Binatang Ragunan. Kebetulan, dia mengenal pendiri PPS Pauline Antoinette Schmutzer-versteegh sebelum sosok itu meninggal pada 1998. "Diundang untuk membentuk standardisasi pusat primata," ungkapnya.
Pikir dia saat itu, dirinya hanya satu tahun berada di Indonesia. Tetapi ternyata, ada yang tertarik untuk menggunakan jasanya. Yakni, Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tegal Alur, Cengkareng, Tangerang. Tugasnya khusus mengurus hewan-hewan sitaan dari perdagangan gelap.
Pekerjaan tersebut sangat berat. Digambarkan Femke, dirinya benar-benar mengorbankan seluruh waktu untuk mengurus binatang. Yang paling membuat Femke mengelus dada adalah sempitnya lahan PPS Tegal Alur. Terlalu sempit untuk menampung ribuan satwa. "Dari situ, muncul konservasi di Kepulauan Seribu," jelasnya.
Tidak banyak orang, apalagi perempuan, yang rela meninggalkan negaranya hanya untuk merawat binatang. Namun, itu tak berlaku bagi Femke Den Haas.
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu