Fenometer Memantau Tren Sosial dan Politik dengan Teknologi Terbaru, Lebih Cepat & Akurat
jpnn.com, JAKARTA - Platform Fenometer hadir di Indonesia untuk membantu pelaku politik agar mampu membaca semua fenomena sosial dan politik untuk mengukur popularitas dan juga memahami suara publik.
Dalam acara press conference launching Fenometer, Teguh Handoko selaku founder mengatakan, platform ini akan membantu mengukur elektabilitas kandidat politik lebih cepat, sering, dan lebih akurat.
Teguh dalam keterangannya juga memperkirakan jumlah pemilih muda akan mendominasi pada gelaran Pemilu 2024.
Jumlah mereka diprediksikan akan menyentuh angka 60% dari keseluruhan pemilih tetap. Ada 191,4 juta pengguna aktif sosial media yang didominasi oleh pemilih muda.
"Menjelang 2024 para timses perlu bekerja keras untuk berkomunikasi dengan pemilih muda yang jumlahnya 60% dari semua pemilik suara," ujar Teguh saat acara launching produk Fenometer di Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Selasa (1/11).
Teguh juga mengungkapkan jika saat ini Fenometer telah memiliki dedicated team untuk setiap klien dalam upaya memastikan setiap fenomena sosial atau politik dipelajari dengan rinci.
Sementara itu Strategic Partner Fenometer, Indon Novo yang turut hadir dalam acara ini menjabarkan, Fenometer mempunyai perangkat canggih yang punya basis pustaka lebih dari 70.000 kata.
"Machine learning di Fenometer memiliki basis pustaka lebih dari 70.000 kata dan jumlah ini terus bertambah sesuai dengan fenomena yang dipanta," jelas Indon Nova.
Fenometer adalah pemantau cerdas digital tanpa henti terbaru yang siap mentransformasi komunikasi politik di Indonesia.
- Elektabilitas Pramono-Rano Karno Tinggi di Semua Wilayah Jakarta
- Jamin Keselamatan Kerja, Penjabat Gubernur Jateng Pastikan Petugas Adhoc Dalam Pilkada Terdaftar BPJS Ketenagakerjaan
- Anggap ASN di Boyolali Tak Netral, Tim Pengawal Demokrasi Somasi Plt BKN
- The Habibie Center Soroti Tantangan & Peluang Masa Depan Demokrasi
- Hasil Survei Terbaru Elektabilitas Paslon di Pilkada Purwakarta 2024, Selisih Jauh
- Nurdin Halid Sebut Poltracking Mengutamakan Objektivitas & Kejujuran