Festival Biduk Sayak Lestarikan Tradisi Kesenian Tertua dalam Pernikahan di Sarolangun

Festival Biduk Sayak Lestarikan Tradisi Kesenian Tertua dalam Pernikahan di Sarolangun
Tradisi Biduk Sayak diangkat dalam Festival Biduk Sayak yang berlangsung di Lapangan Desa Jernih, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi pada Rabu (18/9). Foto: Dokumentasi Kemendikbudristek

Prosesi ini biasanya digelar pada malam hari setelah acara adat pernikahan, dimulai sekitar pukul sembilan malam dan berlangsung hingga larut.

Bagi masyarakat Air Hitam, Biduk Sayak adalah bagian tak terpisahkan dari perayaan pernikahan, menjadi simbol penyatuan dua hati.

Dalam prosesi Biduk Sayak, seorang pemuda akan mulai menyanyikan syair pantun yang diikuti oleh jawaban dari pemudi. 

Syair ini seringkali berisi ajakan maupun ungkapan perasaan yang dibalut dalam bentuk syair yang indah. 

Kurator lokal Azhar MJ yang ikut serta dalam melestarikan tradisi ini menekankan Biduk Sayak bukan hanya soal hiburan, tetapi juga media komunikasi yang menghubungkan masyarakat. 

“Setiap pantun dalam Biduk Sayak memiliki makna yang dalam. Selain sebagai ungkapan cinta, syair-syair ini mengandung pesan moral dan  nasihat, yang diwariskan secara turun-temurun. Ini adalah bentuk interaksi sosial yang kian jarang ditemui di zaman sekarang,” jelas Azhar.

Prosesi ini juga disertai dengan tarian yang melibatkan para penonton.

Pemuda dan pemudi yang berbalas pantun akan menari mengikuti irama musik tradisional yang dimainkan sepanjang acara. 

Festival Biduk Sayak melestarikan tradisi kesenian tertua dalam prosesi pernikahan di masyarakat Air Hitam, Kabupaten Soralangun, Jambi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News