Festival Budayaw IV, Angkat Isu Perdamaian Lewat Teatrikal Bongaya: Rampai dalam Damai
Dalam era tersebut, kata Adi, terjadi pergumulan dan bahkan konflik kepentingan, di antaranya oleh Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang berupaya memonopoli perdagangan rempah.
“Hal itu memicu perang yang kemudian berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667,” jelas Adi.
Namun, Adi menambahkan bahwa yang ditonjolkan pada seni teatrikal ini bukanlah konflik atau perang antara Kerajaan Gowa melawan Belanda, melainkan proses perdamaian untuk menyelesaikan konflik tersebut karena jika perang dilanjutkan, akan makin banyak korban dari kalangan rakyat yang akan berjatuhan.
“Jadi, perbedaan dan pertentangan harus diselesaikan secara damai. Hal itu merupakan solusi yang mempersatukan, meskipun masing-masing membawa kepentingan yang berbeda. Inilah hal yang semakin langka dan akan kita angkat di festival ini. Festival Budayaw ini mengetengahkan nilai-nilai kebersamaan yang harus makin kuat,” tuturnya. (esy/jpnn)
Festival Budayaw IV kembali digelar dengan mengangkat isu perdamaian lewat Teatrikal Bongaya: Rampai dalam Damai
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad
- Seniman Faida Rachma Soroti Isu Hunian dan Kepemilikan di Jakarta Biennale 2024
- Festival Budaya Jepang Tampilkan Beragam Pop Culture
- PembaTIK jadi Instrumen Kemendikbudristek Tingkatkan Kompetensi Guru di Bidang AI
- Kemendikbudristek Dorong Penerapan Hidup Sehat di Sekolah
- Literasi Finansial Bisa Diterapkan Melalui Ekstrakurikuler maupun P5
- Literasi Finansial Dalam Kurikulum Merdeka Penting Diterapkan Sejak Usia Dini