Festival Bumi Seentak Galah Serengkuh Dayung Jilid 3: Angkat Tradisi Mandi ke Aek

Kemudian dukun pun membacakan mantra yang berbunyi 'Mudik Aek Ilir Aek, Ambek Aek pepat an Batang. Beranjak kau antu Aek, Aku nan Mandian anak cucu Adam.'
Setelah dimandikan, bayi dibawa kembali ke rumah untuk diayun dalam kain panjang, disertai dengan pembacaan salawat nabi dan doa keselamatan.
Prosesi ini juga memiliki makna sosial dan spiritual yang mendalam, seperti memperkenalkan bayi kepada lingkungan alam, terutama sungai yang menjadi sumber kehidupan, dan mengungkapkan rasa syukur serta terima kasih kepada dukun beranak.
“Pada umumnya, tradisi ini terjadi di wilayah atau daerah sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Yang membedakan ritusnya saja,” jelasnya.
Kendati begitu, karena kondisi Sungai Batanghari yang sudah tidak baik untuk kesehatan bayi, tradisi Mandi Ke Aek dilakukan dengan menggunakan media baskom.
Dalam prosesinya, pemandian bayi dilakukan dalam baskom bukan ke sungai.
Namun semua prosesi lain, termasuk doa-doa tetap dilakukan.
Sementara itu, Pamong Ahli Budaya Kemendikbudristek Siswanto memberikan apresiasi terhadap pelestarian Tradisi Mandi ke Aek dalam festival.
Tradisi Mandi ke Aek merupakan upacara adat yang telah dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat DAS Batanghari
- Kebaya Noni Sukses Bikin Kagum di panggung Dunia
- KIKT Dukung Pelestarian Warisan Budaya
- Mbak Rerie: Pembangunan Kebudayaan Bukan Langkah yang Mudah, Butuh Dukungan Semua Pihak
- Jaga Warisan Budaya, Himmas UT Taiwan Sukses Gelar Indonesia Tempo Doeloe IV
- Belanda Kembalikan 272 Objek Warisan Budaya Indonesia
- Ketoprak 'Retno Kencana' Hidupkan Kembali Warisan Budaya