Festival Bumi Seentak Galah Serengkuh Dayung Jilid 3: Angkat Tradisi Mandi ke Aek
Kemudian dukun pun membacakan mantra yang berbunyi 'Mudik Aek Ilir Aek, Ambek Aek pepat an Batang. Beranjak kau antu Aek, Aku nan Mandian anak cucu Adam.'
Setelah dimandikan, bayi dibawa kembali ke rumah untuk diayun dalam kain panjang, disertai dengan pembacaan salawat nabi dan doa keselamatan.
Prosesi ini juga memiliki makna sosial dan spiritual yang mendalam, seperti memperkenalkan bayi kepada lingkungan alam, terutama sungai yang menjadi sumber kehidupan, dan mengungkapkan rasa syukur serta terima kasih kepada dukun beranak.
“Pada umumnya, tradisi ini terjadi di wilayah atau daerah sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Yang membedakan ritusnya saja,” jelasnya.
Kendati begitu, karena kondisi Sungai Batanghari yang sudah tidak baik untuk kesehatan bayi, tradisi Mandi Ke Aek dilakukan dengan menggunakan media baskom.
Dalam prosesinya, pemandian bayi dilakukan dalam baskom bukan ke sungai.
Namun semua prosesi lain, termasuk doa-doa tetap dilakukan.
Sementara itu, Pamong Ahli Budaya Kemendikbudristek Siswanto memberikan apresiasi terhadap pelestarian Tradisi Mandi ke Aek dalam festival.
Tradisi Mandi ke Aek merupakan upacara adat yang telah dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat DAS Batanghari
- Kenduri Swarnabhumi 2024: Sukses Gelar 7 Festival, Generasi Muda Selalu Dilibatkan
- Kemendikbudistek Wujudkan Mimpi Anak Indonesia Lewat Beragam Program Beasiswa
- Ritual Sakral Ajun Arah Ditampilkan di Festival Lek Nagroi, Bentuk Pelestarian Tradisi
- Apresiasi Penggerak Budaya, Kemendikbudristek Bakal Gelar Anugerah Kebudayaan 2024
- Kemendikbudristek & Modena Kolaborasi Ciptakan Tenaga Kerja Siap Pakai
- Gateways Study Visit 2024: 20 Negara Belajar Transformasi Pendidikan di Indonesia