Festival Payung Api, Sajikan Karya Kolaboratif dengan Perpaduan Tradisi & Seni
“Sehingga, kebudayaan Melayu tak lapuk kena hujan, tak lekang kena panas,” jelas Didin.
Didin juga menyoroti tantangan dalam proses kreatif para seniman.
Menurutnya, proses kreatif yang dilakukan para kreator masih bersifat normatif.
Sehingga menurutnya, perlu sering diberi wadah berekspresi agar tingkat kepercayaan diri meningkat terutama dengan pakem-pakem tradisi.
Kendati demikian, dia berharap melalui Festival Payung Api, para seniman dan budayawan muda dapat semakin termotivasi untuk mengembangkan seni dan budaya Melayu Jambi.
Koreografer dari karya kolaboratif ini, Fandi Ari menjelaskan Payung Api bukan sekadar properti panggung.
Payung Api itu adalah simbol yang sarat makna dalam tradisi Melayu.
Berasal dari rangka payung yang dihiasi lilin di atasnya, Payung Api dulu digunakan sebagai penerangan dan pengiring pengantin.
Festival Payung Api menghidupkan kembali warisan budaya Melayu dengan menyampaikan pesan tentang kehidupan, kebersamaan, dan pentingnya pelestarian budaya.
- Akui Belum Move On dari Mantan Istrinya, Ardhito Pramono: Gue Tetap Bisa Berkarya
- Aktor Indonesia Pascal Phoa Tampil dalam Pertunjukan Teater Hamlet di New York
- Seniman Papua Bawa Pesan Ekologis di Jakarta Biennale 2024
- Seniman Faida Rachma Soroti Isu Hunian dan Kepemilikan di Jakarta Biennale 2024
- PKS Gelar Ngobrol Santai Seputar Budaya Bersama Para Seniman
- Aku dan Warisan Ibu Kolaborasi Seni Tekstil & Padu Padan Batik Lawasan