Festival Setara Oktoberfest, Bebas Minum sampai Mabuk

Festival Setara Oktoberfest, Bebas Minum sampai Mabuk
BELUM MUSIM: Salah satu Bar di Jalan Dengzhou, yang terlihat lengang. Suasana bakal berbeda saat festival bir Internasional dimulai pada Juli- Agustus. Foto: Muhammad Amjad/Jawa Pos
Di dalamnya terdapat tiga bangunan yang harus dilewati setiap pengunjung. Sejarah Tsingtao Beer beserta produk-produknya yang hingga kini tetap menjadi yang terlaris di negeri dengan jumlah penduduk terbesar di dunia tersebut bisa didapatkan di bangunan pertama. Menginjak bangunan kedua, akan tersaji proses pembuatan bir. Mulai pengolahan bahan dasar seperti gandum maupun ketan hitam sampai proses fermentasi.

Di bangunan kedua itu pula terdapat mesin yang digunakan untuk memaksimalkan proses fermentasi. Istimewanya, itu merupakan alat pertama yang dibawa Jerman. Tertera pada bagian luarnya, mesin tersebut dibuat pada 1896 dan baru dioperasikan pada 1903, seturut dengan mulai beroperasinya pabrik.

Menurut Leng, hingga kini pun alat tersebut masih bisa digunakan. Begitu pula dengan beberapa peralatan sepuh lain yang dibikin dan dibawa Jerman. Namun, perempuan 30 tahun itu juga mengakui ada beberapa alat tua lain yang sudah dipensiunkan. Bukan karena rusak, melainkan lebih karena masalah kecepatan yang tak sepadan dengan produksi yang harus dihasilkan.

"Anda bayangkan, dulu kami hanya memproduksi 2.000 ton bir per tahun saat pertama berdiri. Sekarang kami memproduksi total 2.000 ton bir per hari. Jadi, kami gunakan alat yang masih layak dan memuseumkan alat yang sudah tidak layak," ungkap perempuan asli Qingdao tersebut. Masih di bangunan kedua museum bir itu, pengunjung bisa memperoleh sedikit gambaran mengapa Qingdao tumbuh menjadi kota yang elok dan nyaman dihuni. Yakni, karena lingkungannya yang terjaga.

LEWAT pabrik dan museum bir di Beer Street Qingdao, bisa disimak pertumbuhan kota tersebut hingga menjadi kota paling layak huni di Tiongkok. Berikut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News