Festival Setara Oktoberfest, Bebas Minum sampai Mabuk
Sabtu, 11 Juni 2011 – 08:08 WIB
Di dalamnya terdapat tiga bangunan yang harus dilewati setiap pengunjung. Sejarah Tsingtao Beer beserta produk-produknya yang hingga kini tetap menjadi yang terlaris di negeri dengan jumlah penduduk terbesar di dunia tersebut bisa didapatkan di bangunan pertama. Menginjak bangunan kedua, akan tersaji proses pembuatan bir. Mulai pengolahan bahan dasar seperti gandum maupun ketan hitam sampai proses fermentasi.
Di bangunan kedua itu pula terdapat mesin yang digunakan untuk memaksimalkan proses fermentasi. Istimewanya, itu merupakan alat pertama yang dibawa Jerman. Tertera pada bagian luarnya, mesin tersebut dibuat pada 1896 dan baru dioperasikan pada 1903, seturut dengan mulai beroperasinya pabrik.
Menurut Leng, hingga kini pun alat tersebut masih bisa digunakan. Begitu pula dengan beberapa peralatan sepuh lain yang dibikin dan dibawa Jerman. Namun, perempuan 30 tahun itu juga mengakui ada beberapa alat tua lain yang sudah dipensiunkan. Bukan karena rusak, melainkan lebih karena masalah kecepatan yang tak sepadan dengan produksi yang harus dihasilkan.
"Anda bayangkan, dulu kami hanya memproduksi 2.000 ton bir per tahun saat pertama berdiri. Sekarang kami memproduksi total 2.000 ton bir per hari. Jadi, kami gunakan alat yang masih layak dan memuseumkan alat yang sudah tidak layak," ungkap perempuan asli Qingdao tersebut. Masih di bangunan kedua museum bir itu, pengunjung bisa memperoleh sedikit gambaran mengapa Qingdao tumbuh menjadi kota yang elok dan nyaman dihuni. Yakni, karena lingkungannya yang terjaga.
LEWAT pabrik dan museum bir di Beer Street Qingdao, bisa disimak pertumbuhan kota tersebut hingga menjadi kota paling layak huni di Tiongkok. Berikut
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408