Festival Sidang Balai Panjang Hidupkan Kembali Kebudayaan Lokal yang Hampir Punah
“Generasi muda kita perlu apresiasi dengan terus memberi ruang berekspresi, berkesenian dalam mengangkat nilai-nilai budaya,” ujar Mahendra.
Adapun kesenian yang ditampilkan sanggar-sanggar lokal dan disajikan para peserta anak muda pada festival ini di antaranya Tari Tumbuk Tingkah dari Sanggar Empelu Jaya, Tari Brelek Gedang dari Sanggar Puspita, Tari Selibu Padi dari Sanggar Gadis Balai Panjang, dan pertunjukan Sidang Balai Panjang dari Sanggar Bungo Kanhinok.
Pertunjukan Sidang Balai Panjang sendiri terinspirasi dari tradisi dalam menetapkan sanksi adar yang tetap terlaksana hingga saat ini sejak ratusan tahun silam.
Sidang ini dilakukan di Rumah Tuo Balai Panjang yang juga telah berumur ratusan tahun.
Kurator lokal Ja’far turut memberikan pandangan mengenai makna dari Rumah Balai Panjang dalam kehidupan masyarakat setempat.
Menurut Ja’far, Rumah Balai Panjang yang berbentuk seperti perahu merepresentasikan masyarakat Bungo yang bergantung pada air.
Dia mengatakan Rumah Balai Panjang bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga pusat persidangan adat yang mengatur segala sesuatu terkait norma dan hukum adat.
"Bentuknya yang seperti perahu menandakan bahwa kehidupan masyarakat sangat bergantung pada air dan lingkungan perairan,” terang Ja’far.
Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk menghidupkan kembali warisan budaya melalui inkubasi generasi muda dalam kesenian
- Berpidato di Forum UNESCO, Fadli Zon Usulkan Reog Ponorogo Jadi Warisan Budaya Takbenda
- Indonesiana.TV Dirancang Menjadi Jembatan Digital untuk Jelajahi Kekayaan Budaya
- Peduli Generasi Muda, BNI Lawan Stunting & Beri Bantuan kepada Ibu Hamil Kurang Gizi
- Bea Cukai Dorong Pemahaman Kepabeanan dan Cukai di Kalangan Mahasiswa Melalui CGTC
- ATI & PASEO Gencarkan GET Bagi Pelajar Sekolah
- Judi Online Rusak Generasi Muda, Menpora Dito Nyatakan Perang