Festival TIK 2023, Berantas Hoaks Melalui Pergelaran Budaya

Festival TIK 2023, Berantas Hoaks Melalui Pergelaran Budaya
Festival TIK ke-12 tahun 2023 menyajikan pergelaran budaya agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmatnya. Foto dok. Kemenkominfo

Pertama netralitas ASN TNI dan Polri, yang punya tingkat kerawanan tinggi. Yang kedua mewaspadai  politik uang karena memiliki kerawanan. 

Ketiga adalah penggunaan media sosial, yaitu hoaks dan kampanye hitam.

"Tiga titik kerawanan inilah yang menjadi perhatian serius kami terutama di media sosial, karena ini media yang memiliki pengaruh luar biasa kepada publik, sedangkan jangkauan perangkat hukum sangat terbatas," kata Sosiawan.

Lebih lanjut dikatakan upaya pencegahan yang dilakukan adalah berkolaborasi dengan masyarakat untuk mencerdaskan publik meliterasi publik. Ancamannya adalah hoaks, karena bukan saja menciptakan perpecahan antara masyarakat, tetapi juga menyuburkan politisasi yang tidak sehat, termasuk juga SARA.

Sejalan dengan pernyataan tersebut Wakil Rektor 4 Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) Dr. Nur Khoiri, S.Pd., MT, M.Pd. menyampaikan terdapat beberapa unsur yang ada di dalam kampus, yaitu dosen dan mahasiswa yang bertindak sebagai fasilitator agar terciptanya kata damai dalam pemilu 2024 nanti.

Pemilu 2024 adalah satu tugas kampus lagi sebagai fasilitator kalau sebelumnya sebagai fungsi kontrol, memastikan pemilu berjalan dengan jujur dan adil, tidak ada kecurangan.

Nur Khoiri juga menyampaikan bahwa beberapa hal yang dilakukan oleh UPGRIS berkaitan dengan pendidikan politik, yang memang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan awareness mereka terhadap pemilu 2024 nanti.

"Kampus masyarakat terpelajar, jadi, kami sadar betul bahwa aware generasi muda terhadap pemilu itu kurang," ucapnya.

Festival TIK 2023 menyajikan berbagai pergelaran budaya untuk memberantas informasi hoaks 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News