FGD HPN Sesi 2: Mengkaji Skenario Transisi Energi yang Minim Risiko

jpnn.com, JAKARTA - Harapan pemerintah untuk meningkatkan bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sepertinya akan sulit terwujudkan.
Pasalnya, beberapa pakar menilai tidak mudah untuk menghindari perdebatan klasik seputar urgensi dan melakukan transisi energi fosil ke energi terbarukan.
Direktur Eksekutif IMA Djoko Widajatno Soewanto berpendapat bahwa potensi batu bara masih menjanjikan, termasuk untuk ekspor.
"Keinginan untuk mewujudkan Net-Zero Emission (NZE) atau nol bersih emisi pada tahun 2050 boleh saja asal dilakukan bertahap karena batu bara saat ini masih menjadi primadona,” ungkapnya, pada FGD sesi kedua yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022, Kamis (14/1).
Di pihak lain, Executive Director IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan permintaan batu bara Indonesia akan terus mengalami penurunan menuju 2050.
”Di semua skenario proyek, pada 2050 batu bara sudah bukan lagi komoditas yang menguntungkan,” ujarnya.
Sementara, di sisi lain, harapan pemerintah untuk meningkatkan bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) akan sulit diwujudkan.
”Pemerintah menargetkan bauran EBT 23 persen di 2025, namun praktiknya banyak mengalami kendala,” kata Fabby.
Focus Group Discussion (FGD) sesi kedua yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 Februari mendatang, berlangsung menarik.
- ASPEBINDO Usulkan Perbaikan Kebijakan Penetapan Harga Batu Bara Acuan Dalam Transaksi Ekspor
- Eddy Soeparno: Akselerasi Transisi Energi Dukung Target Ekonomi 8 Persen Tercapai
- ExxonMobil Jadi Mitra Strategis Industri Pertambangan
- Ini Solusi Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno untuk Percepat Transisi Energi di Indonesia
- Kementerian ESDM Sebut Smelter Ceria Group Membanggakan, Begini Penjelasannya
- Akademisi Nilai Konsesi Tambang untuk UMKM & Koperasi Wujud Keadilan Ekonomi