Fiksi 'Gerr' Nazaruddin
Sabtu, 09 Juli 2011 – 00:09 WIB
Mengapa Nazaruddin tak berani pulang ke Indonesia? Apakah “nyanyian”-nya selama ini omong-kosong belaka? Artinya, nasib buruk akan menderanya. Selain memikul nasib sendiri, dia juga pasti akan didepak dari Partai Demokrat, termasuk sebagai anggota DPR RI.
Baca Juga:
Namun semua itu masih rentetan pertanyaan yang belum terbukti. Padahal, pertanyaan lain bisa muncul. Benarkah ia minggat dari Singapura? Atau tidak mungkinkah dia “diculik” oleh sejenis detektif James Bond ala 007 dari dunia fiksi agar eksistensi dan cerita tentang Nazaruddin lenyap ditelan bumi? Who knows!
Apalagi sejak awal kisah Nazaruddin memang mirip fiksi. Meskipun pendatang baru, tiba-tiba saja ia masuk ke jajaran pengurus DPP Partai Demokrat. Sebelumnya dia pernah mencoba berkiprah di PPP, tapi karena gagal terpilih sebagai anggota DPR, lalu bak “kutu loncat” melompat ke Demokrat dalam usia muda, 32 tahun.
***
Saya teringat naskah dan lakon drama “Gerr” karya Putu Wijaya, yang semoga tak mirip Nazaruddin. Tokoh ceritanya, Bima tiba-tiba mati. Seluruh keluarganya berkabung. Ayah, ibu, istri, anak, saudara, tetangga, teman dan tamu menangis. Semuanya tak sudi jika Bima harus dikuburkan. Tapi bagaimana lagi, orang mati, ya, harus dikuburkan. Persiapan penguburan pun dimulai.