Film tentang SU 1 Maret, Meninggikan Soeharto, Menghilangkan Peran Sultan HB IX

Film tentang SU 1 Maret, Meninggikan Soeharto, Menghilangkan Peran Sultan HB IX
Sri Sultan HB IX (bersafari) sebagai Menteri Pertahanan RIS berada di tengah-tengah TNI. Foto: Tepas Tandha Yekti/Instagram/kratonjogja

Soeharto dalam biografinya menyebut dirinya baru bertemu Sultan HB IX setelah SU 1 Maret. “Saya menyamar masuk kota menemui Sri Sultan itu pada pertengahan Mei,” tutur Pak Harto kepada G Dwipayana dan Ramadhan K.H. yang menyunting autobiografinya.

Namun, ada cerita lain yang menyebut Pak Harto sebenarnya hanya pelaksana lapangan SU 1 Maret. Pengagasnya tak lain ialah Sultan HB IX yang mengusulkannya kepada Jenderal Sudirman.

Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Siti Setyo Boedjono punya kenangan soal Pak Harto menghadap Sri Sultan HB IX sekitar dua pekan sebelum SU 1 Maret 1949.

Dalam buku ‘Hamengku Buwono IX, Pengorbanan Sang Pembela Republik’ hasil kerja sama Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan Tempo Publishing diceritakan tentang kesaksian Siti melihat Pak Harto masuk ke Keraton Yogyakarta untuk menemui Sri Sultan HB IX.

Pertemuan itu terjadi pada 14 Februari 1949 menjelang dini hari. Buku terbitan 2018 tersebut mengisahkan tentang Pak Harto memasuki Keraton Yogyakarta melalui Pawon Prabeya (dapur) di Magangan Kulon.

Begitu sampai di dapur istana tersebut, Pak Harto diminta mengganti kemeja dan pantalonnya dengan surjan peranakan biru dan jarit batik. Tentara berpangkat letnan kolonel itu juga harus mengenakan belangkon.

“Saya yang menyiapkan baju peranakan buat Pak Harto sebelum bertemu Ngarsa Dalem (sebutan khusus untuk Sultan HB IX, red),” ujar Siti kepada Tempo.

Bukan hanya Siti yang melihat Pak Harto masuk ke Keraton Yogyakarta sebelum SU 1 Maret. Ada abdi dalem lain yang juga menyaksikannya.

Film tentang Serangan Umum (SU) 1 Maret turut mendegradasi peran Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News