Film tentang SU 1 Maret, Meninggikan Soeharto, Menghilangkan Peran Sultan HB IX

Film tentang SU 1 Maret, Meninggikan Soeharto, Menghilangkan Peran Sultan HB IX
Sri Sultan HB IX (bersafari) sebagai Menteri Pertahanan RIS berada di tengah-tengah TNI. Foto: Tepas Tandha Yekti/Instagram/kratonjogja

Saat itu Pak Harto hanya dikawal seorang anak buahnya. Selanjutnya, dia diantar Raden Rio Boedjono selaku kepala koki menemui Gusti Bendara Haryo Prabuningrat.

Namun, Prabuningrat tidak memandu Pak Harto menuju Keraton Kilen yang menjadi kediaman Ngarsa Dalem. Sang sahibulbait justru mengajak Pak Harto ke Ndalem Prabuningratan.

Di situlah pertemuan antara Sri Sultan HB IX dan Pak Harto terjadi. Putra Gusti Bendara Haryo Prabuningrat, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jatiningrat punya cerita soal itu.

Romo Tirun -panggilan kondang KRT Jatiningrat- memperoleh kisah tentang pertemuan rahasia itu dari ayahnya. Pertemuan tersebut berlangsung di salah satu kamar yang hanya diterangi api dari lilin.

Sultan HB XI, tutur Romo Tirun, duduk di kursi menghadap selatan. Adapun Pak Harto menduduki kursi makan yang posisinya menghadap barat laut.

Dalam pertemuan itu, Sultan HB IX memanggil Soeharto dengan panggilan ‘Mas Harto’. “Pak Harto menggunaan sapaan ‘Sinuhun’ (kepada Sultan HB IX, red),” tutur Romo Tirun.

Namun, Pak Harto selama berkuasa selalu menyangkal soal pertemuannya dengan HB IX di Ndalem Prabuningratan sebelum SU 1 Maret. Walakin, KRT Jatiningrat meyakini penggagas SU 1 Maret bukanlah Soeharto, melainkan Sri Sultan HB IX.

“Keraton sampai sekarang lebih percaya pengakuan HB IX, hanya tak mau mempersoalkannya lebih panjang,” tutur KRT Jatiningrat yang juga PengagengTepas Dwarapura Keraton Yogyakarta itu.

Film tentang Serangan Umum (SU) 1 Maret turut mendegradasi peran Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News