Filosofi Wayang

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Filosofi Wayang
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Dalam meraih kemenangan itu segala taktik dan strategi dipakai, termasuk trik dan muslihat yang paling licik. Desepsi, penipuan, insinuasi, fitnah, hoaks, disinformasi, propaganda, dan semua trik dipakai dalam Baratayuda untuk mengalahkan musuh.

Pada akhirnya Pandawa memperoleh kemenangan. Namun, kemenangan itu dicapai dengan segala macam cara. Machiavelli tidak mengutip Baratayuda, atau Baratayuda tidak pernah menyebut Machiavelli.

Namun, trik Machiavelli untuk mencapai kekuasaan dengan berbagai cara ‘’the end justifies the mean’’ dipakai semua dalam Baratayuda, baik oleh Kurawa maupun Pandawa.

Chief strategist, ahli strategi utama Pandawa adalah Prabu Kresna, raja Dwarawati sekutu utama Pandawa. Kresna adalah manusia setengah dewa karena dia titisan langsung dari Dewa Wisnu.

Kresna menjadi penasihat politik sekaligus pembisik paling dipercaya oleh kelima Pandawa.

Kresna seorang politisi yang pragmatis. Ia ahli strategi dan jago motivasi. Nasihat dan analisis politiknya selalu didengar dan dijalankan oleh Pandawa. Kresna menjadi motivator yang jempolan bagi Puntadewa yang selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan strategis.

Dalam sebuah babak pertempuran Baratayuda yang sangat menentukan, terjadi perang tanding head to head antara Arjuna, senapati tertinggi Pandawa, melawani Adipati Karna, panglima tertinggi Kurawa.

Adipati Karna mempunyai kesaktian hebat dan punya senjata sakti Kontajaya yang mematikan. Kalau Adipati Karna turun ke palagan sudah hampir pasti pasukan Pandawa hancur.

Apakah wayang haram? Jokowi pasti menjawab tidak. Apakah Jokowi sama dengan Soeharto?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News