Firaun Versi Tiktoker Syarifah Alkaff

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Firaun Versi Tiktoker Syarifah Alkaff
TikTok. Ilustrasi/foto: ANTARA/Arindra Meodia

Syarifah marah karena rumah neneknya menjadi korban kendaraan proyek bertonase besar. Kendaraan besar itu tidak hanya merusak jalanan di sekitar rumah neneknya, tetapi juga berpengaruh pada sumur keluarga yang menjadi andalan untuk memperoleh sumber air bersih.

Kerusakan jalan terjadi karena Pemkot Jambi mengizinkan truk bertonase 20 ton lebih melewati jalan lorong warga. Padahal, jalan tersebut hanya diperuntukan bagi mobil berbobot 5 ton.

Selain itu, ia juga mengkritik perusahaan yang semestinya menjadi pembangkit listrik tenaga uap, tetapi malah menjadi perusahaan kayu hutan.

Syarifah mengingatkan bahwa neneknya adalah  veteran pejuang yang pernah berjuang sebagai perawat di garis depan dalam perang kemerdekaan. Menurut Syarifah, neneknya dengan jasa perjuangan semacam itu seharusnya memperoleh perlakuan yang layak dari Pemkot Jambi.

Alih-alih memperoleh apresiasi, Syarifah malah dilaporkan ke Polda Jambi. Dia dipanggil dan diinterograsi.

Syarifah sudah melaporkan akun influencer lokal yang membuat konten pelecehan seksual terhadapnya. Namun, dia malah menjadi terperiksa untuk kasus ujaran kebencian.

Wajah demokrasi Indonesia belakangan ini berubah total dengan media sosial. Demokrasi adalah wahana bagi warga negara (citizen) untuk menyuarakan haknya melalui ruang publik.

Pada demokrasi konvensional, ruang publik atau public sphere sering kali terbatas atau hanya dikuasai oleh elite tertentu dan demi kepentingan tertentu.

Syarifah yang masih duduk di bangku SMP mengkritik kebijakan Pemkot Jambi yang menyebabkan kerusakakan jalan di sekitar rumah neneknya di wilayah Kota Jambi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News