Fluktuasi Harga Pengaruhi Kinerja Industri Baja
jpnn.com, SURABAYA - Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel (GDS) Tbk Hadi Sucipto mengatakan, rupiah yang sempat tertekan dolar AS beberapa waktu lalu berimbas negatif terhadap keuangan perseroan.
Perusahaan merasakan kenaikan harga bahan baku yang signifikan.
Secara year-on-year, harga bahan baku tercatat bisa melonjak hingga 30 persen. Sementara itu, penjualan naik 17 persen.
Di sisi lain, harga jual perseroan tidak bisa naik sama besar dengan bahan baku. Sebab, penjualan perseroan berdasar order, bukan produk masal.
”Jadi, perseroan akan menjual setelah membeli bahan baku. Ketika beli, kurs naik. Sedangkan ketika jual, harga di bawahnya,” kata Hadi, Jumat (6/12).
Hingga September 2018, perseroan mencatat rugi setelah pajak Rp 59,2 miliar dengan realisasi penjualan Rp 987,6 miliar. Kerugian terbesar disebabkan selisih kurs.
”Ini wajar karena perusahaan beli bahan baku dalam dolar AS, sedangkan penjualan maupun laporan keuangan dalam rupiah,” ungkap Hadi.
Untuk mengantisipasi kerugian yang sama ke depan, pihaknya akan membeli bahan baku dengan jumlah yang paling efisien.
Hadi Sucipto mengatakan, rupiah yang sempat tertekan dolar AS beberapa waktu lalu berimbas negatif terhadap keuangan perseroan.
- Menko Airlangga Ungkap Industri Baja Indonesia Diperhitungkan Berbagai Negara di Dunia
- GRP Berhasil Merampungkan Kemitraan Investasi di Bisnis Baja Strukturalnya
- Manfaatkan Fasilitas Ini, Krakatau Steel Berhasil Ekspor 30 Ribu Ton Baja Gulungan ke Italia
- Gunung Raja Paksi Berpartisipasi Dalam Asia Steel Market 2023
- Pengawasan Baja Non-SNI Jadi Langkah Nyata Perlindungan bagi Industri Nasional
- 2.032 Ton Baja Non-SNI Dimusnahkan, Krakatau Steel: Bisa Memberikan Efek Jera